Menurutnya memang masih terbatas, program ini berbeda dengan program beasiswa S2-S3 lainnya karena memang esensi dari DbR ini adalah kolaborasi riset. Program yang dikembangkan, diinisiasi oleh para periset BRIN dan dosen di perguruan tinggi sebagai syarat utamanya.
“Dari sekitar 70% ini yang memang masuk DbR merupakan mahasiswa S3 dan 30% nya adalah mahasiswa S2. Kita lihat sendiri bahwa BRIN mempunyai strategi bagaimana lebih mengakselerasi penguatan Pascasarjana untuk S3. Hal ini menjadi salah satu cara untuk mendapatkan SDM unggul kalau mereka memang sudah berkualifikasi S3,” ujarnya.
Dirinya menegaskan, dari 1406 ini sebanyak 90% ada di perguruan tinggi dalam negeri, dan baru sekitar 10% untuk perguruan tinggi luar negeri.
“Hal yang menjadi perhatian kita bahwa saat ini memang para mahasiswa DbR masih didominasi oleh ASN BRIN dan 20% non ASN. Mulai tahun ini dan ke depan jumlah peminat dari non BRIN atau adik-adik mahasiswa yang baru lulus S1 ataupun S2 juga memiliki potensi yang besar berpeluang untuk mengikuti program ini,” harap Eddy.
Direktur Manajemen Talenta BRIN Ajeng Arumsari mengatakan, BRIN di bawah Direktorat Manajemen Talenta mempunyai beberapa program yang intinya program tersebut terintegrasi.
“Jadi bagaimana kami bisa mencetak talenta-talenta nasional di bidang riset dan inovasi yang diharapkan BRIN bisa mencetak doktor di usia 28 tahun. Hal tersebut untuk mendukung desain besar talenta internasional,” urainya.
Berbagai program BRIN, lanjut Ajeng, di mulai dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka atau MBKM untuk mahasiswa, kemudian ada program research assistant atau asisten penelitian, ada barista, dan sebagainya. Para mahasiswa juga bisa melakukan riset tugas akhir di BRIN.
“Harapannya para mahasiswa ini dapat melanjutkan dengan menggunakan skema DbR yang hari ini kami paparkan untuk studi S2 dan S3, serta setelah lulus S3 bisa memanfaatkan program doktoral. Kami juga mempunyai fasilitas mobilitas untuk mengundang post doctor dari luar negeri,” jelasnya.
Selanjutnya, tambah Ajeng, ada visiting professor dari luar negeri untuk bekerja sama berkolaborasi dengan para perriset yang ada di BRIN.
“DbR adalah program belajar untuk meningkatkan kapasitas PNS dan SDM lainnya melalui pendidikan formal jenjang S2 dan S3 berbasis kegiatan litbangjirap iptek. Tentunya tanpa meninggalkan tugas kedinasan, artinya dia tetap bekerja di instansinya tersebut,” tambahnya.
Ajeng juga memaparkan tujuan program DbR, yakni untuk mencetak talenta unggul di bidang riset dan inovasi, serta meningkatkan kapasitas talenta tersebut. Berikutnya, berkolaborasi dan publikasi bersama untuk meningkatkan kegiatan litbangjirap dengan perguruan tinggi dalam maupun luar negeri, dan sebagainya.
“Persyaratan peserta program DbR pertama adalah PNS dan non ASN atau SDM lainnya. Kemudian kolaborasi penelitian dengan Periset BRIN, adanya rekomendasi dari Kepala Unit Kerja, persetujuan proposal riset. Selanjutnya daftar melalui http//:byresearch.brin.go.id,” tutupnya.
(Taufik Fajar)