JAKARTA – Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Austria menggelar webinar beasiswa studi sebagai upaya meningkatkan minat pelajar Indonesia dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di Austria. Acara ini pun mendapat dukungan Kantor Urusan Internasional berbagai kampus di Indonesia, dengan total 43 universitas dan institut yang diundang.
Duta Besar Republik Indonesia untuk Austria dan Slovenia, Damos Dumoli Agusman menyampaikan, Austria adalah negara dengan sejarah panjang dalam dunia akademik dan riset, melahirkan banyak ilmuwan dan tokoh besar seperti Gregor Mendel (penemu hukum Mendel), Sigmund Freud (bapak psikologi modern), dan Wolfgang Amadeus Mozart (komposer ternama dunia).
“Jangan ragu untuk melanjutkan studi di Austria. Pendidikan di sini berkualitas tinggi, ditambah dengan banyaknya peluang beasiswa yang tersedia,” ungkapnya, Jumat (7/2/2025).
Dalam webinar, Seorang Mahasiswa PhD di University of Vienna dengan beasiswa PhD Position, Edo Danilyan menjelaskan Austria memiliki banyak universitas berkualitas yang juga menyediakan beasiswa internal.
Sementara itu, Penerima LPDP yang tengah menempuh program Magister Hukum (LLM) di University of Vienna, Umar Chamdan membagikan informasi mengenai beasiswa LPDP, yang saat ini memiliki berbagai jalur seleksi hingga 17 Februari.
Dia menyoroti bahwa memilih universitas di Vienna dapat meningkatkan peluang memperoleh Letter of Acceptance (LoA) karena persaingan yang relatif lebih rendah dibandingkan negara lain.
Turut dibahas juga Indonesian Austrian Scholarship Program (IASP), yang merupakan hasil kerja sama antara Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) dengan pemerintah Austria. Malikhatul Lailia, penerima beasiswa IASP di Universität Klagenfurt, menjelaskan bahwa program beasiswa ini dirancang khusus untuk dosen dan mencakup tunjangan hidup bagi keluarga penerima. Pendaftaran beasiswa ini dibuka hingga 1 Maret 2025.
Awardee Ernst Mach Grant (EMG) ASEA-UNINET 2024, Muhammad Ikhsan memberikan wawasan tentang cara sukses mendapatkan beasiswa.
Selain itu, Muhammad Ikhsan, penerima Ernst Mach Grant (EMG) ASEA-UNINET 2024, memberikan wawasan tentang cara sukses mendapatkan beasiswa yang ia peroleh.
Dia menekankan pentingnya mendapatkan supervisor dan menyusun proposal penelitian dengan baik, karena faktor ini menjadi poin utama dalam seleksi administratif. Menariknya, beasiswa ini tidak mensyaratkan skor minimum bahasa Inggris, tetapi dua surat rekomendasi menjadi faktor penentu dalam seleksi. Pendaftaran beasiswa ini terbuka hingga 31 Maret 2025.
Ketua PPI Austria, Mirza Nuryady turut menyampaikan harapannya terkait dampak positif dari acara ini.
“Kami berharap kegiatan ini dapat memberikan wawasan baru bagi masyarakat Indonesia yang ingin melanjutkan studi di luar negeri, khususnya di Eropa. Austria merupakan destinasi studi yang masih kurang dikenal, padahal memiliki banyak keunggulan akademik serta peluang beasiswa yang menarik,” tegasnya.
Dengan adanya webinar ini, PPI Austria berharap lebih banyak mahasiswa Indonesia tertarik untuk mengeksplorasi peluang studi di Austria dan memanfaatkan berbagai program beasiswa yang tersedia. Ke depan, PPI Austria akan terus mengadakan kegiatan serupa guna memperluas akses informasi serta mendukung generasi muda Indonesia dalam meraih pendidikan berkualitas di kancah internasional.
(Feby Novalius)