Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Orasi Ilmiah, Mendagri Tito Karnavian Soroti Bonus Demografi dan Pembangunan Desa

Kurniasih Miftakhul Jannah , Jurnalis-Selasa, 04 November 2025 |17:23 WIB
Orasi Ilmiah, Mendagri Tito Karnavian Soroti Bonus Demografi dan Pembangunan Desa
Orasi Ilmiah, Mendagri Tito Karnavian Soroti Bonus Demografi dan Pembangunan Desa (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA – Bonus demografi dan pembangunan desa disebut menjadi dua faktor kunci agar Indonesia mampu melesat menjadi negara maju pada tahun 2045. Hal itu disampaikan oleh Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Sriwijaya sekaligus Menteri Dalam Negeri, Prof. Drs. H. Muhammad Tito Karnavian, M.A., Ph.D, dalam orasi ilmiahnya bertema “Peran Perguruan Tinggi dalam Mendukung Indonesia Emas 2045” pada Dies Natalis ke-65 Universitas Sriwijaya di Palembang, Sumatera Selatan.

Dalam pidatonya, Tito mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi kekuatan ekonomi dunia keempat pada 2040, berada di bawah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat. Berdasarkan data World Bank dan McKinsey, Indonesia diproyeksikan mampu keluar dari middle income trap dan masuk ke kategori negara berpenghasilan tinggi pada tahun 2045.

Menurut Tito, ada empat modal utama yang menjadi kekuatan bangsa, yaitu bonus demografi, luas wilayah, sumber daya alam yang melimpah, serta posisi geografis strategis. Namun, ia mengingatkan bahwa seluruh potensi tersebut hanya dapat dimanfaatkan jika kualitas sumber daya manusia (SDM) ditingkatkan secara serius.

“Kunci utamanya adalah SDM produktif. Saat saya kuliah di Singapura, saya melihat langsung bagaimana negara tanpa sumber daya alam bisa maju karena rakyatnya dididik dengan baik,” ujar Tito, Selasa (4/11/2025).

Lebih lanjut, Tito menekankan pentingnya pembangunan desa sebagai fondasi pemerataan ekonomi dan sosial. Menurutnya, desa yang berkembang akan mampu menekan ketimpangan wilayah sekaligus mengurangi arus urbanisasi yang berlebihan.

“Kalau ingin menjadi negara besar, pembangunan desa tidak boleh diabaikan. Kesenjangan antara desa dan kota harus ditekan agar pertumbuhan ekonomi bisa merata,” tegasnya.

Berdasarkan data tahun 2020, sebanyak 54,64 persen penduduk Indonesia tinggal di wilayah perkotaan, terutama di Pulau Jawa. Kondisi tersebut, kata Tito, menjadi tantangan serius dalam upaya mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

Dalam kesempatan itu, Tito juga menilai bahwa arah kebijakan pemerintahan Presiden Prabowo-Gibran sudah berada di jalur yang tepat, dengan fokus pada pembangunan berbasis kerakyatan seperti program Makan Bergizi Gratis, Koperasi Merah Putih (Kopdeskel), Kampung Nelayan, serta program ketahanan pangan nasional.

“Pembangunan desa menjadi kunci mengurangi urbanisasi. Kalau desa tertinggal, wajar warganya pindah ke kota. Tapi kalau desa maju, masyarakat bisa sejahtera tanpa harus meninggalkan kampung halamannya,” tuturnya.

Menutup orasinya, Tito menyerukan agar perguruan tinggi berperan aktif sebagai motor perubahan melalui riset dan inovasi, serta berkomitmen mencetak SDM unggul demi memperkuat langkah Indonesia menuju negara maju di tahun 2045.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement