JAKARTA - Tim peneliti Universitas Padjadjaran (Unpad) melakukan penelitian untuk mengembangkan model matematis berbasis artificial intelligence (AI) yang dapat mengubah citra hasil MRI dari bentuk dua dimensi menjadi tiga dimensi.
Dosen Fakultas MIPA Unpad Dr. Anindya Apriliyanti Pravitasari mengatakan bahwa penelitian ini dilatarbelakangi oleh penggunaan alat diagnostik Magnetic Resonance Imaging (MRI) 1,5 Tesla menjadi pilihan bagi masyarakat karena memiliki biaya yang paling terjangkau.
Namun, hasil citra radiologi dari MRI 1,5 Tesla memiliki kualitas yang lebih rendah jika dibanding dengan MRI 3 Tesla, 7 Tesla, dan 9 Tesla.
“Jadi masyarakat lebih memilih MRI 1,5 Tesla karena lebih murah dan juga dibiayai oleh BPJS. Persoalannya adalah ketika melakukan scanning MRI yang 1,5 Tesla hasil pencitraannya itu kurang begitu baik, kurang begitu jelas,” kata Anindya dari laman Unpad, Jumat (19/1/2024).
Anindya menjelaskan bahwa model matematis yang diberi nama Nenomimo (Neonormal Mixture Model) ini adalah sebuah model matematis untuk melakukan segmentasi citra melalui mixture model menggunakan distribusi statistik bernama neonormal.
Nenomimo yang dikembangkan oleh Anindya dan tim ini dapat mengubah citra MRI yang awalnya berupa citra dalam bentuk dua dimensi selanjutnya disusun menjadi citra dalam bentuk tiga dimensi.
Penelitian ini mendapat respons yang sangat baik karena citra yang berbentuk tiga dimensi ini dapat memperkirakan besar volume dari tumor di dalam otak.
“Selain tumor ada juga swelling brain, kami orang awam menyebutnya bengkak yang diakibatkan oleh tumor. Itu juga kami deteksi dan itu sangat berguna untuk proses operasi dan sebagainya,” ujar Anindya.
Anindya menjelaskan untuk meningkatkan hasil dari Nemomimo ini kembali dikembangkan model yang diberi nama YOLO (You Only Look Once).