Model ini dibentuk menyerupai mata manusia dapat langsung mengenali objek dalam satu kali lihat. Prinsip kerja dari model YOLO ini adalah dapat mendeteksi lokasi hanya tumornya saja, sehingga menghasilkan hasil yang lebih presisi
“Model kami membantu untuk merekonstruksi citra yang 2D menjadi citra 3D. Tidak hanya itu saja, kami juga memperjelas letak tumornya, memperjelas letak bengkak akibat tumor, itu yang paling penting untuk dokter radiologi, bidang medis, dan lain sebagainya,” jelas Anindya.
Nenomimo untuk paru-paru telah dikembangkan menggunakan hibah dari penghargaan sebagai paper berkualitas baik bidang kesehatan dan obat yang diterima oleh Anindya dan tim dari Kemendikbudristek. Saat ini, model untuk liver juga tengah dikembangkan.
Untuk liver, digunakan model transformer ChatGPT untuk dimasukkan ke dalam model agar menjadi kekhasan dan inovasi.
“Model kami mewarnai model-model yang sudah ada, sehingga kami ikut menyumbangkan inovasi berupa model-model tersebut yang bisa dijadikan alternatif untuk menganalisis citra medis ini,” tambahnya.
Anindya berharap agar nantinya alat tersebut dapat disebar luas supaya dapat dijangkau langsung oleh masyarakat. Oleh karena itu, Anindya mengajak teman-teman dari bidang teknologi informasi untuk melakukan deployment model.
“Ayo teman-teman dari lintas prodi, mari kita bekerja sama mendeploy sebuah alat yang bisa menjangkau masyarakat supaya lebih bagus lagi, berguna bagi masyarakat kita,” katanya.
(Dani Jumadil Akhir)