Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Peneliti Unpad Kembangkan Model Matematis Berbasis AI, Ubah MRI Jadi 3 Dimensi

Arsitta Dwi Pramesti , Jurnalis-Jum'at, 19 Januari 2024 |12:38 WIB
Peneliti Unpad Kembangkan Model Matematis Berbasis AI, Ubah MRI Jadi 3 Dimensi
Peneliti Unpad Kembangkan Model Matematis Berbasis AI (Foto: Freepik)
A
A
A

JAKARTA - Tim peneliti Universitas Padjadjaran (Unpad) melakukan penelitian untuk mengembangkan model matematis berbasis artificial intelligence (AI) yang dapat mengubah citra hasil MRI dari bentuk dua dimensi menjadi tiga dimensi.

Dosen Fakultas MIPA Unpad Dr. Anindya Apriliyanti Pravitasari mengatakan bahwa penelitian ini dilatarbelakangi oleh penggunaan alat diagnostik Magnetic Resonance Imaging (MRI) 1,5 Tesla menjadi pilihan bagi masyarakat karena memiliki biaya yang paling terjangkau.

Namun, hasil citra radiologi dari MRI 1,5 Tesla memiliki kualitas yang lebih rendah jika dibanding dengan MRI 3 Tesla, 7 Tesla, dan 9 Tesla.

“Jadi masyarakat lebih memilih MRI 1,5 Tesla karena lebih murah dan juga dibiayai oleh BPJS. Persoalannya adalah ketika melakukan scanning MRI yang 1,5 Tesla hasil pencitraannya itu kurang begitu baik, kurang begitu jelas,” kata Anindya dari laman Unpad, Jumat (19/1/2024).

Anindya menjelaskan bahwa model matematis yang diberi nama Nenomimo (Neonormal Mixture Model) ini adalah sebuah model matematis untuk melakukan segmentasi citra melalui mixture model menggunakan distribusi statistik bernama neonormal.

Nenomimo yang dikembangkan oleh Anindya dan tim ini dapat mengubah citra MRI yang awalnya berupa citra dalam bentuk dua dimensi selanjutnya disusun menjadi citra dalam bentuk tiga dimensi.

Penelitian ini mendapat respons yang sangat baik karena citra yang berbentuk tiga dimensi ini dapat memperkirakan besar volume dari tumor di dalam otak.

“Selain tumor ada juga swelling brain, kami orang awam menyebutnya bengkak yang diakibatkan oleh tumor. Itu juga kami deteksi dan itu sangat berguna untuk proses operasi dan sebagainya,” ujar Anindya.

Anindya menjelaskan untuk meningkatkan hasil dari Nemomimo ini kembali dikembangkan model yang diberi nama YOLO (You Only Look Once).

Model ini dibentuk menyerupai mata manusia dapat langsung mengenali objek dalam satu kali lihat. Prinsip kerja dari model YOLO ini adalah dapat mendeteksi lokasi hanya tumornya saja, sehingga menghasilkan hasil yang lebih presisi

“Model kami membantu untuk merekonstruksi citra yang 2D menjadi citra 3D. Tidak hanya itu saja, kami juga memperjelas letak tumornya, memperjelas letak bengkak akibat tumor, itu yang paling penting untuk dokter radiologi, bidang medis, dan lain sebagainya,” jelas Anindya.

Nenomimo untuk paru-paru telah dikembangkan menggunakan hibah dari penghargaan sebagai paper berkualitas baik bidang kesehatan dan obat yang diterima oleh Anindya dan tim dari Kemendikbudristek. Saat ini, model untuk liver juga tengah dikembangkan.

Untuk liver, digunakan model transformer ChatGPT untuk dimasukkan ke dalam model agar menjadi kekhasan dan inovasi.

“Model kami mewarnai model-model yang sudah ada, sehingga kami ikut menyumbangkan inovasi berupa model-model tersebut yang bisa dijadikan alternatif untuk menganalisis citra medis ini,” tambahnya.

Anindya berharap agar nantinya alat tersebut dapat disebar luas supaya dapat dijangkau langsung oleh masyarakat. Oleh karena itu, Anindya mengajak teman-teman dari bidang teknologi informasi untuk melakukan deployment model.

“Ayo teman-teman dari lintas prodi, mari kita bekerja sama mendeploy sebuah alat yang bisa menjangkau masyarakat supaya lebih bagus lagi, berguna bagi masyarakat kita,” katanya.

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement