Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Cerpen Khalayan yang Menarik, Rumah Tua Berharga hingga Siluet Hitam

Opini , Jurnalis-Kamis, 07 Desember 2023 |12:30 WIB
Cerpen Khalayan yang Menarik, Rumah Tua Berharga hingga Siluet Hitam
Contoh cerpen berjudul Khayalan (Foto: Kinara Putri Razna Naina)
A
A
A

Kebenaran

“Apakah ini mimpi?”

Esok harinya, aku dan Kana pergi ke sekolah seperti biasa dan melakukan aktivitas di sekolah seperti biasa. Kebetulan hari ini kita ada mata pelajaran olahraga jadi kita beraktifitas di lapangan. Seperti yang telah dibicarakan di berita beberapa hari yang lalu, cuaca akhir-akhir ini cukup ekstrim dan tidak bisa diprediksi, tiba-tiba cerah tiba-tiba hujan badai.

Kegiatan olahraga kita dimulai tepat pukul 11:00 siang dengan cuaca yang sangat amat panas dan matahari siang sangat terik. Seharusnya aku sudah terbiasa dengan panas seperti ini, namun entah kenapa hari itu tubuhku terasa sangat lemas dan memuncak di jam olahraga yang membuat penglihatanku seketika memutih seperti ada sinar sangat terang, kepalaku pusing seperti dipukuli oleh 100 orang. Aku menebak aku telah pingsan dan dibawa ke ruang UKS sekolah.

Alih-alih terbangun di ranjang UKS sekolahku, aku malah terbangun di ranjang rumah sakit dengan selang yang sangat banyak di sekitarku. Aku ingin merubah posisiku menjadi duduk tetapi tidak bisa, tubuhku terlalu lemah untuk itu. Maka dari itu, aku hanya berdiam sebentar dan melihat sekeliling. Aku hanya bisa mendengar mesin-mesin rumah sakit yang berbunyi ‘nit’ yang sangat konsisten saat berbunyi. Betapa terkejutnya aku melihat mama terbaring di sofa ruanganku dengan sweater yang dijadikan selimut. Aku tidak bisa menebak sama sekali apa yang terjadi. Mengapa banyak selang di sekitarku? Mengapa aku terbangun di ranjang rumah sakit dan mama berbaring di sofa ruanganku?

Aku melihat jam dinding yang ada di ruangan itu, waktu menunjukan pukul 16:08 sore. Aku berniat untuk membangunkan mama, tetapi aku merasa kasihan karena mama seperti baru saja tertidur dengan pulas. Entah dengan kekuatan apa, beberapa menit setelahnya mama bangun dan tiba tiba raut wajah mama berubah menjadi kaget dan langsung memanggil dokter.

Satu orang dokter dan beberapa suster menghampiriku untuk mengecek keadaanku. Aku semakin bingung, apa sih sebenarnya yang terjadi padaku?

Setelah melakukan pengecekan, mama memelukku dengan erat dan mengucapkan ucap syukur berkali-kali dengan air mata yang mengalir tak henti. Percayalah, disitu aku sangat bingung apa yang terjadi sampai sampai tidak bisa mendeskripsikan seberapa bingungnya aku. Jadi, aku memutuskan untuk bertanya kepada mama.

Ternyata selama ini, aku koma. Mama menceritakan bahwa tepat 3 tahun yang lalu pada saat aku kelas 6 SD aku dikeroyok oleh teman-teman sekelasku sampai-sampai aku pingsan, lalu koma. Aku seperti hilang ingatan dan tidak bisa mengingat apa-apa kecuali mama dan Kana, bahkan aku tidak mengingat papa ataupun adikku. Aku menanyakan Kana kepada mamaku, mengapa Kana tidak ada disitu saat aku dikeroyok oleh teman sekelasku padahal aku kemanapun pasti bersama Kana?

Mama terlihat bingung mendengar kata ‘Kana’. Mama berkata bahwa aku tidak mempunyai teman yang bernama Kana, mama juga berkata bahwa aku tidak memiliki sama sekali teman kecuali boneka di kamarku yang berbentuk oval berwarna hijau. Aku terkejut. Aku langsung menghubungkan satu-satu apa yang terjadi dan menyimpulkannya.

Ternyata Kana hanyalah teman khayalanku yang kubuat selama terbaring di rumah sakit selama 3 tahun. Aku juga tidak tahu mengapa Kana terasa sangat nyata. Tentu, rumah tua itu juga khayalanku. Mana mungkin di sekitarku terdapat rumah tua sedangkan aku tidak tinggal di komplek, namun di sebuah apartemen. Dan semua yang aku dan Kana lakukan adalah khayalanku sendiri yang kubuat.

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement