"Dari FGD ini juga kita akan mengetahui risiko apa saja yang tertinggi dan menjadi prioritas agar penanganannya efisien dan tepat berbasis risiko," ucapnya.
Sementara itu, Direktur Tata Kelola Destinasi Kemenparekraf, Indra Ni Tua menyampaikan bahwa Indonesia yang berstatus sebagai 'ring of fire' sebenarnya menjadi portofolio produk yang paling khas.
Upaya mitigasi risiko bencana pada tahap awal yang dilakukan ini sangat perlu meski harus dengan investasi yang lebih.
Indra menyebut metode yang sedang dilaksanakan sama seperti slogan yang diterapkan dalam Kemenparekraf oleh Menteri Sandiaga Uno yakni Kolaboraksi.
Menurutnya, Kemenparekraf menyadari bahwa kegiatan yang dilaksanakannya ini harus dibuat sustaniabel atau berkelanjutan.
“Akifitas manajemen krisis ini baru, kita sajikan untuk wisatawan dan pengelola tempat wisata. Prinsipnya adalah bagaimana kita mengimplementasikan, menyempurnakan, dan lebih berperan kedepannya. Bagaimana pengetahuan dan sifatnya dapat dilakukan secara ilmiah sehingga bisa kita implementasikan," ujar Indra.
Sebagai informasi, pelaksanaan FGD yang ditujukan untuk mengetahui risiko keselamatan dan kesehatan kerja, HSE, dan kebencanaan di 7 provinsi ini mencari datanya langsung kepada pelaku desa wisata.
Sehingga dapat diketahui dan didata kebencanaan apa yang terjadi berikut intensitas serta kerugian yang ditimbulkan.
Misalnya saja wisata tracking, peneliti dan tim akan menganalisa bagaimana kondisi jalurnya, apakah sudah dipasang rambu-rambu keselamatan, apakah jembatannya kokoh, juga dilihat bagaimana kesiapan dari sumber daya manusianya.
Adapun data kecelakaan yang terjadi diambil dari kegiatan sehari-hari.
Sebagai contoh untuk bidang HSE, yang akan dilakukan berupa pengecekan apakah sudah disediakan tempat cuci tangan, WC yang tersedia apakah bagus dan bersih, dan lainnya.
Dari K3 misalnya akan ditanyakan apakah ada pengunjung yang terjatuh, terpeleset dan seberapa sering hal tersebut terjadi.
Sementara untuk hal kebencanaan akan dilihat apakah rawan terjadi longsor, apakah sudah ada peringatan rawan longsor di sekitar jalur tracking.
Risikonya sendiri ditentukan dari setiap bencana yang terjadi di lokasi desa wisata.
Jadi hasil dari FGD diharapkan dapat dilihat secara detail, karena sampai saat ini data tersebut belum ada dan sangat dibutuhkan.
Tim yang terlibat juga benar-benar akan menggali karakter dari desa wisata di 7 povinsi yang dipilih.