Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Mahasiswa Unair Jadi Delegasi Indonesia Dalam Global Scholars Forum di Australia

Shara Nurachma , Jurnalis-Jum'at, 02 Maret 2018 |11:07 WIB
Mahasiswa Unair Jadi Delegasi Indonesia Dalam Global Scholars Forum di Australia
Foto: Dok Unair
A
A
A

JAKARTA - Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair) ikut serta dalam forum bergengsi, Indonesia Global Scholars Forum (IGSF) yang diadakan di Perth, Australia pada 23 sampai 25 Februari 2018.

Berkat makalah kemaritiman Indonesia dalam bidang farmasi yang berjudul Intelegente Salzfabrik: The Concept of Self-Integrated Pharmaceutical Raw Materials Industry which is Energy Independence and High Accessibility on Coastal with Sea Toll and Power Flow to Achieve An Imported Medicine Raw Materials Independence in Indonesia, Rebhika Lusiana dan Erwin Chandra Christiawan menjadi salah satu delegasi dari 10 delegasi lainnya yang juga terpilih. Delegasi lainnya berasal dari University of Birmingham, University of Canberra, Wollongong University, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Darussalam Gontor.

Konferensi IGSF yang mengambil tema "Global Maritim Fulcrum" berlangsung di Murdoch University dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Perth selama tiga hari. Untuk bisa diberi kesempatan mengikuti konferensi tersebut, Rebhika dan Erwin harus melewati tahap seleksi melawan puluhan mahasiswa dari universitas lain dari berbagai negara. Walau Tim Unair adalah satu-satunya mahasiswa undergraduate, hal itu tidak membuat mereka rendah diri dan justru semakin semangat.

Makalah milik Rebhika dan Erwin tersebut mengusung sebuah konsep industri garam farmasi yang mandiri energi dengan aksesibilitas yang tinggi dengan tujuan agar Indonesia tidak lagi bergantung dengan bahan baku impor terutama garam farmasi, apalagi hingga saat ini 95% bahan baku obat di Indonesia masih impor dari berbagai negara. Rebhika dan Erwin berharap konsep intelegente salzfabrik yang diusung ini dapat membantu Indonesia dalam permasalahan tersebut.

Menurut Rebhika, banyak bertemu dengan orang-orang hebat semakin membuatnya ingin berkontribusi lebih banyak untuk Indonesia, nasionalisme benar-benar tumbuh ketika sedang berada di negara orang.

“Saya senang banget bisa ketemu speakers yang hebat-hebat, terutama profesor Hasyim Djalal (diplomat Indonesia dan ahli hukum laut internasional), bapak doktor Dino Pati Djalal dan professor lain. Apalagi ketemu delegasi lain. Senang banget,” ungkap Rebhika.

Bisa hadir dalam konferensi tersebut membuat Rebhika dan Erwin jadi banyak tahu bahwa sumber daya alam di kemaritiman Indonesia belum diolah sepenuhnya.

“Banyak negara yang mengincar SDA kelautan di sekitar kelautan Indonesia sehingga sebagai bangsa yang ingin ada poros maritim kita harus bekerja sama di setiap stakeholder,” kata Erwin.

(Susi Fatimah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement