Dalam periode 2010 sampai 2014 saja, Hilman telah 15 kali mempresentasikan karya ilmiahnya di forum-forum internasional. Dia juga telah mempublikasikan empat buku dan belasan artikel ilmiah di dalam berkala ilmiah nasional dan internasional. Hilman mengaku, semua aktivitas itu merupakan konsekuensi dari profesi seorang dosen sehingga dapat konsisten dan tetap produktif dalam menulis karya ilmiah.
Berdasarkan segudang aktivitas dan prestasi tersebut tidak mengherankan jika WMU menganugerahkan penghargaan prestisius itu kepada Hilman. “Mereka melihat kegiatan saya yang cukup padat dalam konteks pengembangan akademik baik dalam presentasi dan publikasi di dalam dan luar negeri,” urai Pakar Filantropi Islam itu.
Pria yang berkarier di UMY sejak 2000 itu menganggap penghargaan tersebut sebagai suatu kebanggaan tersendiri. Karena belum ada orang Asia yang mendapatkan penghargaan tersebut. Apalagi dia tergolong “orang baru” sebagai penerima pengharggaan itu dibanding penerima sebelumnya yang lebih senior. Tidak hanya bangga, dia juga merasa bersyukur karena menerima pelajaran berharga.
“Meskipun kita berada di daerah atau negara ‘pinggiran’ bukan menjadi alasan untuk tidak berkarya dan melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dunia,” ujar Hilman.
(Margaret Puspitarini)