YOGYAKARTA - Ingat dengan sosok tokoh bangsa Ir Djuanda? Tokoh bernama lengkap Djoeanda Kartawidjaja ini adalah tokoh pemersatu ribuan pulau di Indonesia. Tokoh bangsa yang juga merupakan kader Muhammadiyah ini dianggap sebagai sosok yang berjasa sebagai pemersatu bangsa Indonesia.
Ketua Lembaga Seni dan Budaya Muhammadiyah, Prof Gunawan Budiyanto mengatakan saat ini literasi berkembang dengan demikian cepat dan memerlukan sarana. Dan media literasi ini merupakan tantangan dunia pendidikan karena jika tidak mengenal literasi elektronik dan digital maka akan ditinggalkan
BACA JUGA:
"Literasi cetak terbatas, masa edarnya tidak bisa luas. Oleh karena itu literasi digital memang perlu dikedepankan," ujar dia kepada wartawan, Senin (7/8/2023).
Gunawan mengatakan saat ini banyak mahasiswa yang menanyakan sosok Ir Djuanda. Dia pernah menteri perhubungan dua periode dari Presiden Soekarno. Di mana kisah dari Djuanda sebenarnya sangat mirip dengan Jenderal Sudirman.
Jika Jenderal Soedirman adalah kepala sekolah di Purworejo, sementara Ir Djuanda menjadi kepala sekolah SMA Muhammadiyah di Jakarta. Kedua kader Muhammadiyah ini sama-sama bergerak di dunia pendidikan dan berjuang di lapangan.
"Sudirman pertempuran fisik menjelang 1948. Dan Ir Djuanda dipercaya karena kecerdasannya diminta asisten profesor teknik Belanda. Namun memiliki kemampuan maka memilih menjadi kepala sekolah di Jakarta," kata Rektor UMY ini.
Karena narasi yang disampaikan menarik, maka presiden Soekarno menjadikannya sebagai Menteri Perhubungan di tahun 1950. Dua kali Ir Djuanda menjadi menteri Perhubungan dan sukses membantu Presiden Soekarno yang merasa kesusahan menyatukan 16 ribu pulau.
Ir Djuanda dinilai sukses menyatukan Darat laut udara dan kemudian dirangkai penyiaran berita yang dilakukan baik RRI maupun TVRI. Sejak itu kesatuan Indonesia lebih terwujud dan kemudian membahana, bukan sekedar mempertahankan kemerdekaan tetapi mempersatukan bangsa
"Beberapa kali pemberontakan ingin memisahkan diri. Juanda mampu berperan mempersatukan lautan Indonesia," kata dia.
Menurutnya Ir. Djuanda adalah sosok yang sangat penting dan memiliki jasa begitu besar untuk Indonesia. Dia bukan seorang orator, bukan seorang frontliner, juga bukan politisi, bahkan sama sekali tidak pernah terlibat menjadi anggota dengan partai politik.
"Ir Djuanda adalah sosok pahlawan yang bergiat di belakang “layar” ia telah mengemban amanah sebagai menteri sebanyak 17 kali," ucapnya.
Hanya 2 organisasi yang diikuti oleh Djuanda, yaitu Muhammadiyah dan Paguyuban Pasoendan. Itulah mengapa dia tidak sepopuler tokoh tokoh bangsa lain seperti Bung Karno, Bung Hatta atau Syahrir misalnya. Namun banyak yang berpendapat bahwa Djuanda adalah orang terpenting ketiga setelah dwi tunggal Soekarno-Hatta.
Ini terbukti dengan tercetaknya sosok Djuanda di lembaran uang 50 ribu rupiah, sedangkan Soekarno Hatta dalam lembar 100 ribu rupiah. Terlepas dari anggapan itu, memang tidak bisa dipungkiri bahwa Djuanda Kartawidjaja memiliki peran sangat besar untuk negeri mulai sejak masih dalam jajahan Belanda, pendudukan Jepang, kedatangan NICA, sampai dengan akhirnya kedaulatan Indonesia sepenuhnya didapatkan dan terus berbenah di masa-masa awal kemerdekaan.
Dia menambahkan, Djuanda adalah seorang insinyur, sosoknya pendiam, dan sejak kecil diajarkan untuk menghindari konflik agar bisa fokus dalam melakukan pekerjaan. Perjuangan bukan angkat senjata tapi membenahi manajemen untuk membangkitkan dan memperbaiki perekonomian negara, membuat strategi-strategi kebijakan yang selalu berpihak pada rakyat, menciptakan administrasi negara yang rapi, dan merancang segala hal yang dibutuhkan oleh bangsa, baik di era sebelum kemerdekaan sampai pada masa pembangunan setelah proklamasi kemerdekaan.
"Catatan terbesar jasanya dalam sejarah Indonesia adalah Deklarasi Djuanda," tuturnya.