Siswa dibagi dalam empat baris agar mereka bisa dengan mudah melihat Aziz yang membimbing gerakan. Awalnya mereka cukup kaku untuk mengikuti Gerakan karena harus menyinkronkan kaki, tangan, dan badan secara keseluruhan sambil mendengarkan ketukan. Setelah mencoba beberapa kali, mereka diajak untuk praktik menggunakan musik.
Proses belajar tari ini berlangsung sangat singkat. Dalam waktu 15 menit, siswa sudah bisa menghapal gerakan tari dan mempraktikkannya dengan musik. Di akhir sesi, siswa bertepuk tangan dan mengaku sangat menikmati pelajaran menari ini.
Setelah 30 menit, sesi pertama selesai, siswa lalu bertukar tempat. Kelompok yang awalnya melakukan tur Balai Budaya pindah ke Balai Kartini untuk belajar menari, begitu pula sebaliknya. Di sesi kedua ini kegiatannya kurang lebih sama untuk tiap kelompok.
Yang membedakan, dua siswa di kelompok kedua yang belajar menari mampu untuk menari tanpa dipandu oleh Aziz.
“Apakah ada yang ingin menari tanpa saya?” Tanya Aziz. Lalu kedua siswa laki-laki yang Bernama Mudri dan Jack mengangkat tangan dan memperagakan setiap gerakan tari di hadapan teman-teman dan gurunya. Atraksi keduanya disambut riuh tepuk tangan sekaligus mengakhiri kunjungan mereka di KBRI.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Canberra, Mukhamad Najib, mengapresiasi sekolah yang membawa siswanya untuk berkunjung. Program ini merupakan media publikasi dan promosi budaya Indonesia di Australia. Glenunga International School ini tidak memiliki mata pelajaran bahasa Indonesia, tapi dengan kunjungan ini ketertarikan mereka akan budaya Indonesia bisa mempererat pemahaman antar Masyarakat di kedua negara.
“Saya berharap semakin banyak sekolah yang berkunjung ke KBRI, atau mengundang kita untuk ke sekolah melalui program Indonesia Goes to School, sehingga semakin banyak siswa yang terpapar tentang Indonesia,” tutupnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)