JAKARTA - Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah menjadi sorotan publik karena banyak yang tidak tepat sasaran dan pemberiannya tidak transparan.
Yuni, bukan nama sebenarnya, adalah salah satu penerima bantuan KIP Kuliah. Kini dia tengah menempuh semester dua di salah satu universitas di Semarang, Jawa Tengah.
Yuni mengungkapkan, bantuan KIP Kuliah sekitar Rp6,6 juta per semester. Dari jumlah itu, Rp2,4 juta untuk bayar uang kuliah tunggal (UKT) per semester. Sisanya sebesar Rp4,2 juta dialokasikan untuk uang saku.
"Uang ini dicairkan per tiga bulan, sebesar Rp2,1 juta, atau sekitar Rp700.000 per bulan," ujarnya dikutip dari BBC Indonesia, Sabtu (4/5/2025).
Yuni mengaku bersyukur atas bantuan yang diperoleh dari pemerintah, walau uang saku itu tidak bisa menutupi biaya hidup sehari-hari. Sebab sebagian besar uang saku digunakan untuk membayar biaya kos.
Jadi dirinya harus mencari penghasilan lain untuk menutupi kekurangan.
“Hitungannya Rp700.000 per bulan kita dapatnya. Sedangkan belum lagi kalau kita bayar uang kos atau kebutuhan lainnya, itukan melebihi berjuta-juta toh aslinya,” kata Yuni.
Sementara itu, pendapatan orang tuanya sangat terbatas.
"Bapak buruh harian lepas, Ibu sebagai IRT [ibu rumah tangga] saja. Penghasilan perbulan rata-rata Rp2 juta dan itu juga enggak tentu. Sebisa mungkin mengelola sih, ada juga kerja, kasih les (bimbingan) atau apa gitu," tambahnya.
Dalam proses seleksi bantuan KIP Kuliah, Yuni menyampaikan pemberkasan dan wawancara adalah tahapan tersulit baginya. Dirinya melampirkan biodata diri, latar belakang keluarga, penghasilan orang tua, dan foto rumah secara detail dari berbagai sudut.
“Disuruh upload foto rumah tampak depan, belakang, dan samping, lalu foto dapur, kamar ruang tamu, ruang tengah, serta jumlah keluarga ada berapa. Jadi harus sesuai antara berkas dengan jawaban kita saat wawancara," katanya.
Setelah wawancara, pihak kampus melakukan kunjungan untuk melakukan verifikasi data Yuni.
“Ada beberapa aja yang dikunjungi. Aku kemarin kebagian didatangi," ujarnya.
Berkas wajib lain yang harus dilengkapi Yuni adalah keterangan lolos pendaftaran KIP Kuliah yang dilakukan secara online oleh Kemendikbud, kartu KIP atau keterangan miskin dari kelurahan.
Terkait dengan dugaan adanya penerima KIP Kuliah yang tidak tepat sasaran, Yuni mengatakan sejauh ini semua masih terlihat sama.
“Dari kampus sendiri kalau ada laporan anak KIPK ternyata dia mampu itu ditindaklanjutin untuk investigasi," katanya.
Selain itu, Mira mahasiswi semester enam di salah satu kampus di Kota Semarang, mengaku mendapat uang saku sebesar Rp950.000 per bulan dari bantuan KIP Kuliah.
"Untuk UKT langsung dari pihak KIP ke kampus, saya sudah tidak ikut campur. Seingat saya Rp5,5 juta UKT-nya. Kalau biaya hidup satu semester Rp5,7 juta (per bulannya Rp950.000)," kata Mira.