Apa biang kerok minimnya kemampuan membaca dan berhitung siswa di Indonesia dan apa yang kita bisa pelajari dari negara-negara lain?
‘Saya tanya berapa 6+8, mereka jawab 12’
Anas Baihaqi, seorang aparat sipil negara (ASN) di sebuah institusi pemerintah di Indonesia Tengah, mengalami langsung kondisi rendahnya kemampuan matematika dasar para siswa.
Ketika kantornya menerima empat siswa kelas 13 sekolah menengah kejuruan (SMK) untuk praktik kerja lapangan (PKL), dia mengaku kaget sekaligus prihatin saat mendapati empat pelajar tersebut tak memahami konsep penghitungan matematika dasar.
“Pas saya uji operasi hitungan sederhana aja mereka masih salah. Saya tanya berapa 6+8, mereka jawab 12. Saya tanya berapa nilai rata-rata dari 6 dan 8, mereka jawab enggak tahu. Katanya mereka enggak suka pelajaran matematika,” tulis Anas.
Anas kembali dibuat kaget ketika para pelajar menengah atas itu tidak mampu membaca bilangan lebih dari tiga digit. Keprihatinannya semakin dalam.
“Sebelum saya mengajarkan fungsi Excel kepada mereka, materi yang saya ajarkan harus mundur jauh ke belakang, yaitu pelajaran matematika SD,” ungkapnya.
Unggahan Anas tersebut viral dan mengundang banyak komentar dan keprihatinan yang sama. Malah beberapa warganet mengaku menghadapi situasi serupa.
“Saya lihat mereka asalnya rata-rata dari Jawa, Kalimantan, Sumatera, ternyata ini me-nasional,” kata Anas.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)