Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Edukasi Penting untuk Wujudkan Kantin Sekolah Sehat

Antara , Jurnalis-Kamis, 19 Januari 2023 |18:37 WIB
Edukasi Penting untuk Wujudkan Kantin Sekolah Sehat
Edukasi penting untuk perwujudan kantin sekolah sehat/Antara
A
A
A

Ibarat koki hidangan laut, maka tidak bisa sembarang orang mengolahnya, bahkan di restoran-restoran terkemuka harus mengantongi sertifikat khusus. Salah dalam penanganan, bukan saja menjadikan makanan tidak enak, tetapi juga membahayakan bagi kesehatan konsumen.

Ini juga yang kemudian membuat Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono meminta adanya sertifikat khusus bagi pengelola kantin. Tujuannya agar siswa-siswi yang mengonsumsinya tidak hanya terlindungi, tetapi juga mendapatkan gizi seimbang.

Tak hanya sajian makanan laut, beberapa bahan makanan dan minuman lain juga perlu penanganan khusus agar tetap aman untuk disajikan. Sebagai contoh daging beku setelah keluar dari lemari pendingin sebaiknya langsung disajikan untuk mencegah munculnya bakteri berbahaya.

Masih banyak contoh lain dalam penanganan bahan makanan agar selalu aman dan sehat untuk dikonsumsi. Hal-hal seperti ini yang harus disiapkan Pemprov DKI Jakarta untuk memastikan kantin sekolah menyajikan makanan sehat.

Ragam

Seiring dengan perkembangan zaman, makanan yang digemari siswa sekolah kian beragam. Inovasi dan modifikasi membuat makanan atau minuman kian nikmat dan lezat.

Sebagai contoh, cilok, makan berbahan dasar tepung tapioka, yang awalnya disajikan dengan saus kacang, namun dalam perkembangannya kini juga disajikan dengan kuah kaldu dengan aneka tambahan di dalamnya.

Jajanan ini mendapat tempat di kalangan siswa, bahkan di setiap sekolah dapat dengan mudah dijumpai. Tak hanya cilok, tetapi sejumlah makanan dan minuman juga populer di kalangan siswa.

Sayangnya tak semua makanan tersebut masuk ke kantin. Banyak siswa yang memilih untuk jajan di luar ketimbang di kantin sekolah.

Hal ini yang menjadi tantangan Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta untuk memastikan makanan yang dikonsumsi siswa selama ini bisa masuk ke dalam kantin, namun sebelumnya harus dipastikan keamanan dan kandungan gizi di dalamnya.

Persoalan lainnya, siapa yang nantinya melakukan edukasi kepada para pedagang? Mengingat tidak semua pedagang atau kuliner skala UMKM paham mengenai gizi dan keamanan pangan.

Seperti penggunaan micin atau vetsin, hampir semua makanan yang dijajakan saat ini selalu menambahkan bahan pelezat itu mendampingi bahan-bahan lain.

Pertimbangan kepraktisan membuat banyak pedagang makanan menambahkan bumbu yang dikenal dengan nama mononatrium glutamat dan asam glutamat.

Saking banyaknya makanan yang populer saat ini dengan bumbu micin, kemudian memunculkan istilah "generasi micin" di kalangan siswa saat ini.

Menurut Ketua Bidang Komunikasi Perkumpulan Pabrik Mononatrium Glutamat dan Asam Glutamat Indonesia (P2MI) Satria Gentur Pinandita tak ada yang salah dalam penyajian makanan menggunakan vetsin atau micin.

Hal ini disamping lebih praktis, bumbu vetsin atau micin juga mampu menguatkan bumbu yang digunakan.

Apa yang diutarakan Satria ini benar adanya. Banyak restoran terkenal juga menambahkan penyedap masakan di dalam hidangannya, untuk menambah citra rasa lebih lezat.

Satria mengatakan sepanjang takarannya tepat dan cara penyimpanan vetsin berada dalam kemasan kedap udara, maka tidak menjadi masalah bagi kesehatan.

Persoalannya apakah pengetahuan semacam ini sampai kepada pelaku usaha kuliner skala UMKM karena dari hasil pemantauan ke beberapa pedagang, masih banyak yang menyimpan vetsin dalam kemasan yang dilipat lantas diikat dengan karet gelang.

Satria menyebut sifat dari bumbu berbahan glutamat adalah mudah menyerap zat cair. Sementara zat cair yang ada di sekitar jualan terdapat berbagai kandungan yang bisa jadi dapat mengganggu kesehatan. Sehingga cara penyimpanan bumbu menjadi satu hal yang sangat penting.

Soal penanganan bumbu berbahan glutamat ini sudah ada di dalam kemasan, namun berdasarkan survei di lapangan masih banyak pedagang yang abai dalam penanganannya. Sebagian besar beralasan tidak mengetahui harus disimpan dalam kemasan yang kedap udara.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement