JAKARTA - Untuk membangun sinergi antara kampus Indonesia dengan kampus kelas dunia, sebanyak 87 profesor tergabung dalam program World Class Professor (WCP) yang digelar Kemendikbudristek.
Adapun 76 profesor itu dari kampus luar negeri, diaspora Indonesia yang berkiprah di perguruan tinggi dan lembaga riset dunia dan 11 profesor dari dalam negeri.
Menurut Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi (Diktiristek) Kemendikbudristek Prof Nizam mengatakan, melalui WCP Kemendikbudristek ingin adanya pertukaran ide ataupun praktik baik dari pakar kelas internasional dan juga keahlian dari profesor ke dalam kampus Tanah Air. Sekaligus bisa membawa karya dari akademisi di dalam negeri ke panggung dunia.
Baca Juga: Soborno Bari, Anak 9 Tahun Jadi Profesor Termuda di Dunia
Nizam menjelaskan, WCP memiliki 2 tujuan. Pertama, membawa pengalaman-pengalaman para pakar kelas dunia untuk bisa membangun kapasitas penelitian dosen dan peneliti. Khususnya kapasitas para dosen muda melalui bimbingan para profesor kelas dunia ini.
"Selain itu, juga membawa karya dari para profesor dan dosen muda kita ke panggung dunia. Karena kalau tidak digandeng oleh mereka yang sudah terkenal itu sulit bisa masuk ke jurnal kelas dunia," katanya pada Annual Webinar World Class Professor 2021 di Jakarta, Kamis 9 Desember 2021.
Nizam mengatakan, meskipun dana penelitian di Indonesia masih terbilang rendah namun produktivitasnya tidak kalah dengan negara lain. "Kalau kita melihat peringkat publikasi internasional Indonesia saat ini sudah berada di peringkat 21 dunia. Dari peringkat 54 6-7 tahun yang lalu," ujarnya.
Baca Juga: 5 Negara dengan Peraih Gelar Doktor Terbanyak di Dunia, Mana Saja?
Dia menjelaskan, meskipun jumlah publikasi internasional sudah meningkat berlipat kali, namun ada satu tugas yang mesti diselesaikan. Yakni, meningkatkan kualitas dari publikasi internasional dan juga relevansi dari penelitian dan publikasinya.
Nizam menuturkan, kualitas itu berarti publikasi internasional yang dibuat itu dapat menjadi referensi pakar seluruh dunia. "Relevansi itu publikasi riset dapat menjawab permasalahan masyarakat atau relevan dengan pembangunan di Tanah Air," katanya.
(Arief Setyadi )