TANGERANG - Universitas Terbuka (UT) mengokohkan diri menjadi Cyber University di Indonesia. Meski begitu dalam prosesnya bukanlah tanpa tantangan, sebab ada 2 hal yang harus segera dientaskan.
Dari kedua hal itu, yang pertama adalah soal fasilitas akses jaringan internet. Karena bagaimanapun juga, Cyber University bertopang pada infrastruktur jaringan internet yang memadai.
"Tantangan yang dihadapi oleh UT secara garis besar ada 2, yang pertama adalah terkait dengan akses terhadap jaringan. Mahasiswa UT yang tersebar sampai ke pelosok tanah air, di 514 kabupaten-kota, itu tidak semua mahasiswa UT yang ada di daerah terpencil punya akses ke jaringan," kata Rektor UT Ojat Darojat kepada Okezone, usai acara penyerahan ijazah kepada 501 wisudawan, di UT Convention Centre, Pamulang, Senin (20/1/2020).
Baca Juga: UT Wisuda 2.157 Mahasiswa, Lulusan Terbaiknya Gadis Cantik Asal Serang
Menghadapi kondisi itu, menurut Ojat, pihaknya sangat menekankan kerjasama dengan kementerian dalam memfasilitasi dibangunnya tiang-tiang pemancar jaringan Base Transceiver Station (BTS) hingga ke pelosok pedalaman Indonesia.
"Kita mengkomunikasikan dengan pihak pemerintah, Kemenkominfo. Sedangkan BTS-BTS, pemerintah harus hadir di sana, supaya mahasiswa UT yang ada di daerah pinggiran, 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal), perbatasan, itu bisa memanfaatkan pembelajaran secara online atau online learning ini. Itu hambatan yang paling serius," jelasnya.
Bahkan lebih dramatis lagi, Ojat menceritakan, bahwa ada kesaksian mahasiswanya yang menyebut jika untuk mendapatkan akses jaringan mereka harus menaiki pepohonan yang cukup tinggi, hingga ada pula yang menggapai atap rumah.
Baca juga: Kolaborasi Kunci Penting Membangun Indonesia Society 5.0
"Jadi mahasiswa UT bukan hanya tinggal di perkotaan, tapi banyak juga mahasiswa yang tinggal di puncak gunung, di puncak bukit, lembah ngarai," imbuhnya.
Dibeberkan Ojat, dari total 350 ribu mahasiswa UT saat ini, maka hanya sekira 45 hingga 50 ribu mahasiswa saja yang dapat memanfaatkan akses jaringan untuk online learning. Sedang sisanya sekira 300 ribu mahasiswa mengikuti secara offline.
"Sekarang kalau mahasiswa UT ada 350 ribu, itu baru sekira 45 sampai 50 ribuan yang akses ke jaringan. Jadi yang memanfaatkan UT online dalam data base kita itu sekira 50 ribuan. 300 ribu offline, jadi mereka memanfaatkan bahan ajar yang tercetak, terus juga layanan tatap muka," ungkapnya.
Follow Berita Okezone di Google News