JAKARTA - Masyarakat Indonesia kini makin akrab dengan berbagai aplikasi yang berbasis pada Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Kebiasaan ini pun mulai mengubah lanskap kehidupan, dari bepergian hingga belanja barang.
Kemajuan TIK juga menghapus sekian banyak pekerjaan lama, tapi sekaligus menciptakan pekerjaan baru.
Lantas bagaimana perguruan tinggi harus menghadapi perubahan ini? Lulusan seperti apa yang dibutuhkan agar mampu beradaptasi dengan kondisi ini?
Baca Juga: Universitas Jember Akan Bangun Kampus Baru di Klakah
“Lulusan perguruan tinggi diharapkan adaptif terhadap perubahan yang makin kerap terjadi alias disrupsi, wajib melek literasi digital, selain tentunya kompeten di bidangnya,” ungkap Vice President Data Gojek Syafri Bahar dikutip dari laman Universitas Jember, Senin (6/1/2020).
Dirinya mencontohkan kondisi di Gojek saat ini, yang memberikan otonomi bagi karyawan untuk mengambil keputusan di bidang tertentu asal sudah melalui prosedur yang ditetapkan dan didukung oleh data.
Baca Juga: 2 Wisudawan Ini Cetak IPK Tertinggi di Universitas Jember
“Di Gojek tidak ada jam kerja dan hari libur, karyawan bisa bekerja sesuai keinginannya asal target yang sudah ditetapkan bisa dipenuhi. Kalau mau libur yang libur saja, tapi tentu jika ada masalah yang timbul maka harus segera diselesaikan. Dari pengalaman saya, banyak pelamar ke Gojek yang secara akademis memenuhi syarat namun gagal saat diuji harus menyelesaikan problem yang tidak ada dalam textbook,” ungkapnya.
Menurutnya, Indonesia masih banyak memerlukan data scientist untuk memenuhi perkembangan industri berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan perusahaan start up (rintisan), yang kebutuhannya mencapai 600 ribu orang per tahun.
Follow Berita Okezone di Google News