Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Pengalaman Ilmuwan Diaspora Meneliti di Luar Negeri Bermanfaat bagi Indonesia

Fakhri Rezy , Jurnalis-Selasa, 20 Agustus 2019 |11:44 WIB
Pengalaman Ilmuwan Diaspora Meneliti di Luar Negeri Bermanfaat bagi Indonesia
Menristekdikti (Dok Kemenristekdikti)
A
A
A

JAKARTA - Ilmuwan Diaspora yang menetap di luar negeri memiliki pengalaman yang dapat dibagikan ke perguruan tinggi di Indonesia. Walaupun saat ini ilmu pengetahuan terbaru sudah dapat diakses dan dipelajari di Indonesia, pengalaman dari ilmuwan diaspora saat bekerja di institusi riset dan pendidikan tinggi terbaik di luar negeri masih diperlukan Indonesia.

Hal ini disampaikan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla, yang didampingi oleh Menristekdikti Mohamad Nasir.

Baca juga: Hasil Klasterisasi Perguruan Tinggi, Ini Daftar Kampus PTN dan Swasta Terbaik

"Dulu di Amerika orang baca buku mungkin edisi terakhir, edisi lima atau enam. Kita di Indonesia masih edisi satu. Sekarang semuanya edisi sama, dapat kita peroleh dalam waktu yang sama," ungkap Jusuf Kalla di Kantor Wakil Presiden, Jalan Merdeka Utara, Jakarta pada saat Pembukaan Rangkaian Simposium Cendekia Kelas Dunia (SCKD) 2019.

Kemenristekdikti dan JK (Foto Dok Kemenristek)

SCKD 2019 ini diadakan oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan Tinggi (SDID) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) yang dihadiri 52 ilmuwan diaspora yang menetap di berbagai negara.

Baca juga: PTN hingga PTS Minta Didatangi Ilmuwan Diaspora

Wakil Presiden mengungkapkan pengalaman dari para diaspora ini yang tidak dimiliki oleh perguruan tinggi di Indonesia.

"Guru yang terbaik adalah pengalaman. Anda punya pengetahuan dan pengalaman, tentu itulah yang dibutuhkan, sharing-nya," ungkap Wakil Presiden.

Wakil Presiden mengungkapkan bahwa pengalaman dalam melakukan penelitian dan menciptakan inovasi di luar negeri, inilah yang memperkuat pendidikan tinggi, riset dan penciptaan inovasi di Indonesia. Bahkan Wapres Jusuf Kalla mengungkapkan keterkaitan riset, teknologi, inovasi dengan pendidikan tinggi, ini menjadi alasan mengapa Pemerintah RI menggabungkan Direktorat Pendidikan Tinggi Kemendikbud ke dalam struktur Kemenristek, sehingga menjadi Kemenristekdikti di tahun 2014.

 Baca juga: Penerapan Uang Kuliah Tunggal, Apa Itu?

"Suatu kemajuan atau inovasi itu dasarnya nilai tambah (vallue added). Dasarnya nilai tambah itu adalah riset dan atau teknologi (ristek). Dasarnya inovasi dan iptek itu adalah pendidikan yang berkualitas. Kenapa Indonesia menggabungkan pendidikan dengan riset, teknologi? karena kita memahami memiliki pendidikan berkualitas saja itu tidak cukup tanpa ristek dan inovasi, karena risetlah yang membuat inovasi, tapi tanpa pendidikan yang berkualitas juga riset tidak akan jalan dan inovasi tidak akan tercipta, jadi sangat strategis jika sektor-sektor tersebut tergabung," ungkap Wapres Jusuf Kalla.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement