"Nah, kalau orang punya semangat membaca dan menulis, pasti dia tidak akan mudah terpengaruh. Hal-hal yang bisa jadi bukan sebuah fakta, atau bahkan mencampur adukan antara opini dengan fakta. Itu berbahaya.” tuturnya.
Sebagai informasi, Kemristekdikti turut menyuarakan gerakan gemar membaca lewat program kolaborasi antara pemerintah dan Tanoto Foundation. Program tersebut menekankan, pendekatan kepada calon guru, yang dianggap mampu menjadi tokoh kunci penggerak literasi.
Tiga pendekatan program ini di antaranya adalah membangun praktik pembelajaran, manajemen dan kepemimpinan sekolah dan mendukung Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dalam pendidikan calon guru.
Terdata, Januari hingga Maret 2019, terdapat 10 Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) dilibatkan dalam program itu. Dua di antaranya merupakan perguruan tinggi di Provinsi Riau, yakni Universitas Riau dan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Riau.
Dalam program ini, mereka yang nantinya diharapkan akan menjadi guru, diintruksikan untuk melaksanakan kegiatan membaca senyap selama 15 menit secara bersama-sama. Hal tersebut juga berlaku bagi dosen.
(Rizka Diputra)