4. KH Abdul Chalim Leuwimunding
KH Abdul Chalim lahir pada 2 Juni 1898. KH Abdul Chalim meninggal dunia pada 11 April 1972 kemudian dimakamkan di kompleks Pesantren Sabilul Chalim Leuwimunding, Majalengka, Jawa Barat. Abdul Chalim merupakan salah satu pendiri Nahdlatul Ulama kelahiran Leuwimunding, Majalengka, Jawa Barat. Kiai Abdul Chalim terlibat aktif di awal-awal pendirian NU di Surabaya bersama KH Abdul Wahab Chasbullah. Semasa hidupnya, KH Abdul Chalim Leuwimunding konsisten mendedikasikan diri untuk membangun pendidikan bangsa. Salah satunya melalui gerakan lembaga pendidikan sosial dan politik bernama Taswirul Afkar (kebangkitan pemikiran). Selain berjibaku ikut melakukan pergerakan nasional kemerdekaan, KH Abdul Chalim Leuwimunding merupakan tokoh penting di balik layar dokumen-dokumen pencatatan di tubuh NU. Pasalnya, sosok yang memilih untuk tidak populer ini membantu KH Wahab Casbullah (Katib) sebagai Naibul Katib dalam kepengurusan pertama PBNU. Termasuk saat menggagas Nahdlatul Wathan bersama KH Wahab Chasbullah yang menjadi tonggak patriotisme cinta tanah air khususnya bagi anak-anak muda.
BACA JUGA:
5. KH Ahmad Hanafiah
KH Ahmad Hanafiah menjadi tokoh pahlawan nasional kedua asal Lampung, setelah Raden Inten II. Pria kharismatik yang lahir di Lampung Timur, pada 1905 itu adalah putra sulung KH Muhammad Nur, pimpinan Pondok Pesantren Istishodiyah di Sukadana. Ahmad Hanafiah dikenal sebagai ulama dan pejuang di Lampung yang memimpin perlawanan terhadap penjajah Belanda. Ia disebut kebal dari peluru dan senjata tajam ini, merupakan komandan perang Laskar-Hizbullah atau dikenal dengan sebutan laskar bergolok. Selain di bidang agama, KH Ahmad Hanafiah aktif dalam pergerakan nasional. Ia tercatat sebagai Ketua Sarekat Islam (SI) di Kewedanan Sukadana (1937-1942), Nahdlatul Ulama (NU) dan Masyumi pada 1937-1942. Pada masa pendudukan militer Jepang, Hanafiah aktif sebagai anggota Sangikai Keresidenan Lampung (1943-1945). (Z-4)
6. Ida Dewa Agung Jambe
Ida Dewa Agung Jambe merupakan Raja kedua Kerajaan Klungkung, Provinsi Bali. Ia merupakan penerus dinasti Kerajaan Gelgel yang merupakan pusat kerajaan di Bali dan pernah mengalami masa keemasan pada masa kepemimpinan Dalem Watu Renggong. Saat perang puputan, Raja Klungkung, Ida Dewa Agung Jambe gugur bersama para pengikutnya saat bertempur melawan penjajah Belanda
(Marieska Harya Virdhani)