JAKARTA - Kasus bullying di lingkungan pendidikan menjadi perhatian sekaligus peringatan bahwa Indonesia sedang darurat kekerasan dan perundungan. Perilaku kekerasan baik secara fisik dan mental ini seringkali terjadi di kalangan pelajar.
Perilaku penindasan dan perundungan (bullying) adalah pola perilaku di mana seorang penindas bermaksud menimbulkan rasa sakit, baik melalui kekerasan fisik atau kata-kata atau perilaku yang menyakitkan, dan melakukannya berulang kali. Lingkungan di mana anak seharusnya dapat bermain dan belajar dengan tenang bersama teman-temannya, akhir-akhir ini justru menjadi mengkhawatirkan sebab perilaku bullying antar teman justru menjadi-jadi.
Menurut UNICEF, dikutip Sabtu (30/9/2023), anak-anak yang melakukan intimidasi biasanya berasal dari status sosial atau posisi kekuasaan yang lebih tinggi. Biasanya pelaku perundungan adalah anak-anak yang lebih besar, lebih kuat, atau dianggap populer.
BACA JUGA:
Sedangkan korban dari perundungan seringkali anak-anak dari komunitas yang terpinggirkan, anak-anak dari keluarga miskin, anak-anak dengan identitas gender yang berbeda, anak-anak penyandang disabilitas atau anak-anak migran dan pengungsi. Padahal, pengajaran di sekolah sangat ditegaskan untuk menghormati perbedaan antar teman.
Pelaku perundungan biasanya melakukan tanpa alasan yang jelas, tetapi dilandasi dengan rasa kesal. Ada bermacam-macam latar belakang dan alasan anak-anak melakukan perundungan yang tidak dapat dinormalisasi. Dilansir dari berbagai sumber pada Sabtu (30/9/2023), berikut alasan anak melakukan perundungan.
BACA JUGA:
Mengapa Anak Melakukan Bullying?
Alasan di balik perilaku bullying dan penindasan bermacam-macam, mulai dari kurangnya impuls, kurang bisa mengatur amarah hingga balas dendam dan keinginan untuk menyesuaikan diri. Jelas alasan diatas tidak bisa dimaklumi dan seharusnya dapat dicegah dengan diarahkan.
1. Kekuatan yang Lebih Besar (Power)
Anak-anak yang memiliki kekuatan yang lebih besar cenderung akan merasa lebih dan berkuasa. Jika rasa tersebut muncul, keinginan untuk melakukan perundungan akan muncul. Kekuasaan ini muncul baik dalam fisik maupun kuasa dalam status kehidupan. Pelaku perundungan biasanya tidak merasakan kekuasaan apa pun dalam kehidupan mereka, sehingga merasa memiliki kekuasaan lebih dalam lingkungan pertemanan.
2. Demi Popularitas di Lingkungan
Anak-anak yang populer sering kali mengolok-olok anak-anak yang kurang populer. Popularitas yang dimiliki juga juga membuat anak-anak menyebarkan rumor dan gosip tidak benar, melakukan tindakan yang mempermalukan orang lain, dan mengucilkan orang lain. Anak-anak yang mencoba mendapat status sosial yang lebih tinggi di sekolah atau mendapatkan kekuatan sosial cenderung melakukan intimidasi untuk mendapatkan perhatian.