Sementara itu, terkait dengan pengendalian dan tata laksana TBC RO di Indonesia, salah satu kebijakan yang harus diterapkan adalah Tatalaksana TBC RO dengan pendekatan yang berpusat pada pasien (Patient-Centered Approach). Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh program TBC nasional, salah satu penyebab pasien tidak memulai pengobatan TBC RO ialah karena jarak fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) pengobatan TBC RO yang jauh dari tempat tinggal pasien. Oleh karena itu, layanan pengobatan TBC RO harus lebih mudah diakses dan sedekat mungkin dengan pasien.
BACA JUGA:
Untuk menjamin keberlangsungan pengobatan TBC RO, diperlukan kerja sama antara rumah sakit dan balai kesehatan pelaksana layanan TBC RO dengan puskesmas/fasyankes terdekat dengan tempat tinggal pasien. Program TBC nasional berencana melakukan penguatan terhadap puskesmas yang saat ini sudah menjadi fasyankes satelit TBC RO untuk dapat memiliki kapasitas melakukan inisiasi pengobatan TBC RO.
Penyampaian hasil penelitian Dr. Erlina tersebut dilengkapi dengan pemaparan materi dari perwakilan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yaitu dr. Imran Pambudi, MPHM selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular; dan Dr. Dra. Lucia Rizka Andalucia, Apt., M.Pharm, MARS selaku Direktur Jenderal Farmalkes. Keduanya membahas situasi kasus TB di Indonesia dan strategi pemerintah saat ini; serta kesiapan Indonesia dalam pelaksanaan berbagai inovasi obat dan alat untuk keberhasilan eliminasi TB.
(Marieska Harya Virdhani)