Peneliti FKUI Kaji Pengobatan Tuberkulosis Jangka Pendek, Efektif Cegah Kebal Obat

Marieska Harya Virdhani, Jurnalis
Selasa 01 Agustus 2023 18:18 WIB
Peneliti FKUI kaji pengobatan tuberkulosis jangka pendek (Foto: Freepik)
Share :

DEPOK - Kasus TBC atau tuberkulosis saat ini rentan mengalami resisten atau kebal terhadap obat-obatan. Karena itu peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Dr. dr. Erlina Burhan mengkaji penanganan kasus Tuberkulosis Sensitif Obat (TB-SO) dengan menggunakan paduan obat antituberkulosis (OAT) standar selama enam bulan.

Cara ini diklaim terbukti merupakan strategi efektif dalam penatalaksanaan penyakit ini. Meski demikian, sulit memastikan bahwa pasien taat menjalani pengobatan tersebut selama enam bulan. Padahal, hal tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan dan pencegahan terjadinya resistensi obat.

Dalam keterangan resmi kepada Okezone, Selasa (8/1/2023), dia melihat perlunya menemukan paduan OAT alternatif berdurasi lebih singkat dengan tetap mempertahankan efektivitasnya. Menurutnya, hal ini merupakan prioritas mengingat tingginya peningkatan kasus Tuberkulosis Resisten Obat (TBC RO) yang mengancam kemajuan global dan nasional dalam eliminasi TBC tahun 2030.

TBC RO atau TBC Kebal Obat adalah keadaan seseorang terinfeksi jenis kuman/bakteri TBC yang sama, namun sudah kebal terhadap obat TBC lini pertama. TBC RO tidak bisa diobati dengan obat TBC biasa, tetapi harus dengan kombinasi obat atau OAT lini kedua. Kasus TBC RO terjadi karena pasien tidak teratur minum OAT sesuai dengan panduan petugas kesehatan; pasien menghentikan pengobatan secara sepihak sebelum waktu yang ditentukan oleh dokter; atau pasien mengalami gangguan penyerapan obat.

Di Indonesia, pada 2021 estimasi TBC RO adalah 28.000 dengan rincian 2,2% berasal dari kasus baru dan 25 persen dari kasus pengobatan ulang. Perkiraan insiden kasus ini adalah 24.000 atau 8,8/100.000 penduduk. Adapun pada 2022, sekitar 12.531 pasien TB Rifampisin Resisten ditemukan dan dilaporkan secara nasional, dengan 8.089 (65 persen) pasien memulai pengobatan TB lini kedua. Rendahnya angka inisiasi pengobatan TBC RO merupakan salah satu kendala utama dalam pengendalian TBC RO.

Melalui kolaborasi riset yang diketuai oleh Nicholas Paton, MD, FRCP dari National University of Singapore, Dr. Erlina bersama tim melakukan penelitian uji klinis bernama Two-Month Regimens Using Novel Combinations to Augment Treatment Effectiveness for Drug-Sensitive Tuberculosis (TRUNCATE-TB). Hasil penelitian tersebut dipresentasikan dalam acara Apresiasi Studi Uji Klinis UI dan Tim TRUNCATE-TB, pada Senin (31/7), di Aula IMERI FKUI Salemba, Jakarta, dan turut dihadiri oleh Dekan FKUI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB.

Dalam presentasinya, Dr. Erlina menyebut bahwa strategi pengobatan TRUNCATE-TB dengan menggunakan paduan OAT yang diperkuat selama dua bulan menunjukkan noninferioritas dibandingkan dengan paduan pengobatan standar. Artinya, pemberian obat kepada pasien yang semula enam bulan, dapat dipersingkat menjadi dua bulan. Temuan ini membuka jalan baru untuk pengobatan TB-SO, terutama dengan penerapan penelitian operasional yang memberikan kesempatan untuk menghubungkan hasil uji klinis dan implementasi berbentuk program di dunia nyata.

“Evaluasi ini dapat memberikan wawasan berharga mengenai efektivitas, penerimaan, dan keamanan dari strategi pengobatan ini sebagai langkah pembentukan program pemerintah yang diterima secara nasional. Selain itu, penelitian ini dapat membantu mengidentifikasi tantangan dan solusi potensial untuk meningkatkan ketaatan pengobatan dan memperbaiki hasil bagi pasien TB-SO,” ujar Dr. Erlina.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Edukasi lainnya