Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kemampuan Bahasa Inggris Masih Jadi Persoalan Siswa Siswi di Indonesia

Kurniasih Miftakhul Jannah , Jurnalis-Rabu, 24 Desember 2025 |15:54 WIB
Kemampuan Bahasa Inggris Masih Jadi Persoalan Siswa Siswi di Indonesia
Kemampuan Bahasa Inggris Masih Jadi Persoalan Siswa Siswi di Indonesia (Foto: Freepik)
A
A
A

JAKARTA - Kemampuan bahasa inggris masih menjadi persoalan siswa di Indonesia. Indonesia berada pada peringkat ke-80 dari 116 negara dengan skor 468 atau kategori Low Proficiency. Posisi ini juga menempatkan Indonesia di urutan ke-12 dari 23 negara Asia.

Data EF English Proficiency Index (EF EPI) menunjukkan bahwa tantangan penguasaan bahasa Inggris tidak hanya soal kurikulum, tetapi juga menyangkut akses dan pemerataan kualitas pembelajaran bahasa di seluruh wilayah, dari kota besar hingga daerah terpencil.

Tren global juga menunjukkan bahwa kemampuan bahasa Inggris dunia tidak mengalami peningkatan signifikan. Dengan rata-rata global di angka 477, skor Indonesia berada di bawah rata-rata dunia. Ketimpangan antarwilayah turut memperkuat masalah ini. Hasil EF EPI 2024 menunjukkan bahwa wilayah seperti Jawa memiliki kompetensi lebih baik dibanding banyak daerah lain, sehingga peningkatan kualitas pembelajaran perlu dilakukan secara lebih merata, terutama pada kemampuan produktif seperti berbicara dan menulis.

Namun, apakah kemampuan bahasa Inggris tetap relevan ketika teknologi AI semakin canggih dalam menerjemahkan bahasa? Studi-studi terbaru menunjukkan bahwa AI memang mampu memberi bantuan teknis, tetapi tidak dapat menggantikan nuansa komunikasi manusia, seperti spontanitas, empati, dan konteks budaya. Karena itu, kemampuan produktif tetap menjadi penentu utama dalam kolaborasi global, baik di dunia kerja maupun interaksi antarnegara.

Dalam konteks Indonesia yang masih tertinggal secara skor dan peringkat, kemampuan berbahasa Inggris justru semakin krusial. Penguasaan speaking dan writing menjadi modal penting bagi tenaga kerja Indonesia untuk bisa berkompetisi di pasar global. Selain itu, pemanfaatan teknologi (termasuk AI) perlu diarahkan sebagai alat bantu, bukan titik akhir pembelajaran. Pendekatan ini penting agar masyarakat tetap mengutamakan komunikasi humanis yang menjadi inti dari interaksi profesional maupun sosial.

Operations Director EF Fanno Hendriawan menegaskan bahwa pembelajaran bahasa Inggris tidak semakin berkurang relevansinya, justru semakin penting. 

“AI saat ini sedang mengubah cara kita belajar dalam menggunakan bahasa Inggris,” ujar Fanno. “Namun, justru karena hal itu, nilai kemampuan berbahasa Inggris menjadi semakin penting.”

Teknologi AI memang memudahkan personalisasi pembelajaran, tetapi tidak bisa menggantikan komunikasi manusia. “AI memang bisa menerjemahkan kata, tapi belum bisa menggantikan spontanitas, empati, dan koneksi antar manusia yang hanya bisa terbentuk lewat komunikasi langsung,” lanjut Fanno Hendriawan. Pendekatan humanis tetap menjadi fondasi, terutama dalam kelas tatap muka yang masih memegang peranan penting.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement