Lalu, bagaimana seorang pemimpin bisa menunjukkan gaya kepemimpinan inklusif?
Berikut beberapa hal sederhana yang bisa Anda coba, berdasarkan saran dari Roberson dan Perry:
Sebagai pemimpin, dorong semua anggota tim untuk menyampaikan pendapatnya. Jangan sampai waktu habis hanya untuk satu atau dua orang saja yang berbicara dalam kelompok. Usahakan agar Anda benar-benar memerhatikan setiap anggota tim Anda sehingga mereka merasa didengar. Jika ada anggota tim yang tidak nyaman berbicara di depan orang lain, berikan alternatif komunikasi seperti diskusi terpisah atau melalui chat.
Sediakan waktu untuk melakukan team building atau kegiatan bersama untuk membangun kedekatan di antara anggota tim (misalnya dengan makan siang bersama, atau sesi santai di luar kantor). Bangunlah suasana bahwa perbedaan pendapat tidak menjadi masalah asalkan dapat didiskusikan bersama. Apabila ada anggota-anggota tim yang membuat “geng“ sendiri, pertimbangkan untuk menugaskan mereka pada proyek yang terpisah sehingga mereka bisa menyatu dengan anggota tim lain secara keseluruhan.
Kenali kemampuan dan minat tiap anggota tim. Tanyakan langsung: “Apa sih kekuatan kamu?”, “Dari semua tugas yang ada dalam tim, yang mana yang paling bisa kamu kerjakan secara efektif?”, dan, “Apa ada hal atau preferensi tertentu dalam bekerja yang membuat kamu bisa bekerja lebih efektif?”. Berdasarkan jawaban tersebut, pertimbangkan untuk memberi tugas yang sesuai dengan kemampuan dan keunikan mereka. Jangan lupa memberi apresiasi atas kontribusi unik mereka!