JAKARTA - Gemerlap cahaya kota memang menakjubkan, tetapi tanpa disadari, cahaya itu justru menghilangkan keindahan malam yang sebenarnya.
Dilansir dari akun @bosschaobservatory, Institut Teknologi Bandung (ITB), sekitar 80% penduduk dunia hidup di wilayah terdampak polusi cahaya.
Di Indonesia, sebagian besar masyarakat di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung hampir tidak pernah melihat langit malam dalam kondisi alaminya.
Seharusnya, langit dipenuhi cahaya bintang berkelap-kelip. Namun kini pemandangan tersebut semakin sulit dinikmati karena cahaya buatan yang berlebihan.
Polusi cahaya terjadi akibat penggunaan pencahayaan yang tidak terkontrol, seperti lampu jalan yang terlalu terang dan tidak terarah, lampu gedung pencakar langit yang menyala sepanjang malam, serta papan reklame dan billboard dengan intensitas cahaya tinggi. Sayangnya, masih banyak orang yang kurang menyadari dampak dari polusi cahaya ini.
Yang lebih mengkhawatirkan, tingkat polusi cahaya terus meningkat dengan kecepatan yang mengkhawatirkan. Data menunjukkan bahwa setiap tahunnya, polusi cahaya bertambah sekitar 9,6%, yang berarti dalam kurun waktu delapan tahun, tingkat pencemaran cahaya bisa berlipat ganda.
Jika tidak ada upaya untuk mengendalikan penggunaan cahaya secara lebih bijak, langit malam yang seharusnya gelap dan penuh bintang mungkin hanya akan menjadi kenangan. Polusi cahaya tidak hanya menghambat observasi astronomi, tetapi juga mengacaukan ritme alami hewan nokturnal dan bahkan berdampak negatif pada kesehatan manusia.