Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Raih Juara, Mahasiwa UNS Ciptakan Alat Pengusir Tikus Tenaga Matahari

Yaser Rafi Pramudya , Jurnalis-Rabu, 17 Juli 2024 |14:50 WIB
Raih Juara, Mahasiwa UNS Ciptakan Alat Pengusir Tikus Tenaga Matahari
Mahasiswa UNS Ciptakan Alat Pengusir Tikus Tenaga Matahari (Foto: UNS)
A
A
A

JAKARTA - Tim Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta memperoleh prestasi dalam kompetisi Futuristic and Prestige Research, Technology, and Art (Faperta) Fair 5 yang diselenggarakan oleh Sentosa Foundation.

Juara 1 kategori esai dan medali emas kategori poster diraih Gabriela Deananda Meysanti dari Program Studi (Prodi) Agroteknologi dan Muhammad Ivan Rizki dari Prodi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian. Mereka merupakan mahasiswa Fakultas Pertanian (FP) UNS.

Anindya dan Ivan mengambil topik pertanian dalam kompetisi ini. Gagasan yang mereka bawa merupakan alat Pengusir Tikus Sawah dengan Gelombang Ultrasonik Berbasis Tenaga Cahaya Matahari (Sirkus).

Permasalahan yang diangkat mengenai serangan hama tikus di lahan padi memang merugikan hasil produksi beras secara kuantitas. Hal ini tentu saja berdampak pada ekonomi petani dan pedagang beras.

Alat Sirkus memanfaatkan cahaya matahari untuk menstimulasi aktifnya beberapa komponen, salah satunya speaker ultrasonik. Gelombang jenis ini akan mengganggu pendengaran tikus ketika berada di lahan padi. Demikianlah tikus akan meninggalkan areal sawah dan tentu saja akan menyelamatkan produktivitas padi di sawah.

“Alat Sirkus merupakan alat pengusir tikus di lahan padi yang memanfaatkan energi cahaya matahari untuk diubah ke energi listrik yang mengaktifkan kerja beberapa komponen seperti arduino uno, sensor passive infrared, dan speaker yang nantinya akan mengeluarkan gelombang ultrasonik untuk mengganggu pendengaran tikus,” kata Ivan dalam keterangan resmi UNS, Jakarta, Rabu (17/7/2024).

Melalui gagasan Alat Sirkus, mereka mencermati adanya sinar matahari yang tersedia sepanjang tahun di Indonesia. Energi ini bernilai ekonomis dan tidak menghasilkan emisi. Biaya perancangan alat ini juga dihitung jauh lebih ekonomis dengan masa penggunaan lebih lama dibandingkan dengan memanfaatkan pestisida atau bahan kimia lainnya, yang menbahayakan lingkungan dan kurang efisien

Ide ini mereka susun mengingat masyarakat harus lebih berorientasi pada pemanfaatan metode yang lebih berkelanjutan dan ekonomis pada era globalisasi. Alat Sirkus menjadi salah satu kontribusi dalam mendukung SDGs poin 9 yang juga menguntungkan untuk peningkatan swasembada pangan di Indonesia.

“Pengusiran hama tikus akan jauh lebih efektif dan cepat, serta keseimbangan ekosistem yang tetap terjaga, karena bukan membasmi tikus melainkan mengusir tikus,” tambah Ivan.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement