Tidak hanya berhenti sampai di situ, menurut Andru, analisis berkelanjutan dari segi validasi market dan adaptasi market juga perlu dilakukan.
“Validasi market termasuk timbal balik konsumen, penerimaan pasar, pre-order dan penjualan, serta perhitungan konversi uang perlu dikaji secara berkala,” ujarnya,
Selain itu, turut hadir pula CEO Javabel Furniture, Rebecca Cut Ratridiani, yang menekuni bisnis industri furnitur di kota Hamburg. Furnitur buatan pengrajin di kota Solo, Jawa Tengah ini telah resmi teregistrasi di Jerman sejak 2 tahun lalu. Saat ini Javabel tidak melakukan penjualan secara massal melainkan lebih berfokus pada industri hospitality seperti hotel, apartemen, dan restoran. Rebecca menyampaikan bahwa hal yang membuat Javabel dapat bertahan hingga saat ini adalah konsistensinya dalam menciptakan produk yang ramah lingkungan.
“Sebagaimana kita ketahui, konsumen Jerman sangat menyukai produk yang ramah lingkungan dan sustainable. Hal itulah yang kemudian terus kami pertahankan. Di samping itu, kami juga menghindari jumlah limbah industri dengan memanfaatkan segala limbah buangan untuk diolah menjadi bagian-bagian produk baru, misalnya pada dekorasi-dekorasi kecil, cermin, dan sebagainya,” ucap Rebecca.
Hadir secara fisik dalam kegiatan ini para pelajar Indonesia yang menempuh studi pada berbagai wilayah di Jerman. Malminka Kanza Sulistya, salah satu pelajar dari Akademie Deutsche Pop Leipzig rela menempuh perjalanan selama 3 jam demi belajar langsung mengenai bisnis dan ekspor dalam kegiatan ini.
“Kami selaku pelajar sangat senang diberikan kesempatan untuk bertemu langsung dengan Bapak Atase Perdagangan Berlin dan para pengusaha yang ada di Jerman untuk belajar langsung mengenai situasi pasar dan apa saja yang perlu diperhatikan sebelum memulai bisnis di negara ini. Saya berharap, komunikasi antara pelajar dan para pemangku kepentingan ini dapat terus terjalin untuk menciptakan generasi pengusaha muda khususnya di wilayah Jerman,” tutup mahasiswi yang juga merupakan Section Secretary of Studentpreneur Acceleration Inbis PPI Dunia ini.
(Feby Novalius)