Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Tak Terdaftar di KJMU, Cerita Sedih Mahasiswi UNJ: Saya Nangis-Nangis karena Yatim Piatu

Carlos Roy Fajarta , Jurnalis-Kamis, 07 Maret 2024 |18:48 WIB
Tak Terdaftar di KJMU, Cerita Sedih Mahasiswi UNJ: Saya Nangis-Nangis karena Yatim Piatu
Cerita Sedih Mahasiswi UNJ soal KJMU: Saya Nangis karena Yatim Piatu (Foto: MPI)
A
A
A

JAKARTA - Cerita sedih mahasiswi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) bernama I Made Puspita Dewi soal Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul (KJMU) dicabut.

Dewi bercerita terkait dirinya terkena dampak dari proses verifikasi dan validasi yang tengah dilakukan Pemprov DKI Jakarta soal KJMU.

"Saya pengurus saya juga kena dampak juga, DTKS saya tidak layak. Padahal saya yatim piatu terus padahal saya satu kartu keluarga sama nenek saya, nenek saya juga penerima bansos kartu lansia. Terus saya langsung ke P4OP saya nangis-nangis karena saya yatim piatu," ungkap Dewi di Balai Kota, Jakarta, Kamis (7/3/2024).

Pernyataan ini disampaikan Dewi usai bertemu dengan Penjabat (PJ) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono di Pendopo Balaikota DKI Jakarta pada hari ini.

Namun kini mahasiswi Fakultas Ekonomi Jurusan D4 Administrasi Perkantoran Digital angkatan 2021 UNJ tersebut merasa lega setelah sempat mengira bantuan sosial pendidikan Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul (KJMU) yang dia selama ini terima telah dicabut oleh Pemprov DKI Jakarta.

Dia menceritakan bahwa Penerima KJMU di UNJ memang paling banyak menerima KJMU sekitar 3 ribuan. Dia sendiri juga merupakan pengurus KJMU di UNJ.

Dewi mengaku tidak mengetahui siapa yang memposting di media sosial terkait keluhan pencabutan KJMU

"Dan kalau kabar burung dari menfest (media sosial) enggak tahu siapa yang kirim random ya. Jadi saya enggak bisa berkomentar apa-apa sih kalau menfest UNJ karena menfest kan sifatnya random mbak siapapun bisa kirim pesan berkomentar apa-apa," kata dia.

Dia menyebutkan UKT semester kuliahnya di UNJ cukup tinggi yakni sebesar Rp6 juta per semester. "Saya bingung kalau KJMU saya dicabut. Dengan adanya pertemuan ini saya bisa puas dan lega bisa ngomong sama Pak Heru tentang keluhan saya," cerita Dewi.

Sebagai pengurus, Dewi mengaku sudah diberitahu akan ada penertiban data KJMU. Dia kemudian menceritakan awal mula dirinya sempat mengira bansos pendidikan KJMU dicabut.

"Jadi dulu KJMU daftarnya di sekolah asal ya, terus sekarang daftarnya di web. Terus uji coba, saya belum mulai uji coba karena masih ada kesibukan lain. Pas saya coba login dan register, di bilang saya tidak terdaftar, kemudian tiba-tiba besok terdaftar, lalu ada masalah lagi desil-desil ini. Terus desil saya enggak kelihatan. Saya panik, karena saya mikirin uang kuliah saya," jelasnya.

Data KJMU baru ada kembali setelah pemberitaan di media sosial dan media konvensional ramai membicarakan terkait pencabutan KJMU secara sepihak oleh Pemprov DKI Jakarta.

"Mulai dinyatakan layak (KJMU) itu kemarin. Bukan dipotong tetapi statusnya tidak layak berubah status aja. Ini pertama kali saya kena dampak ini. Biasanya saya dapat terus karena saya kan yatim piatu kan KK gabung sama nenek saya. Nenek saya juga enggak mampu terus saya juga masuk DTKS. Tapi dengan adanya desil-desil ini saya tidak diketahui desilnya desil berapa," kata Dewi.

Dewi mengaku sempat patah semangat dan merasa bersalah dengan mendiang almarhum ayahnya yang berharap agar dirinya bisa selesai hingga wisuda.

"Jujur ini buat saya drop apalagi saya sudah semester 6 terus saya lagi magang juga, kepikiran orang tua saya yaitu bapak saya yang sudah meninggal. UNJ ini kan kampus impian bapak saya banget, terus beliau belum nemenin saya selesai wisuda. Kalau saya putus kuliah saya gak tahu gimana mau ngomong apa me almarhum bapak saya, saya merasa bersalah," kata Dewi dengan mimik muka sedih dan suara bergetar.

Dewi menjelaskan terkait polemik pencabutan sepihak KJMU, PJ Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono memberikan penjelasan yang intinya ingin menenangkan mahasiswa.

"Intinya di dalam pak Heru yang udah dapat KJMU bisa lanjut. Terus yang desil-desil ini bakal di kroscek sampai benar. Karena kalau web sering error memang bener. Tapi kalau yang desil-desil ini saya tidak tahu. Karena kalau dulu pendaftaran KJMU patokan datanya DTKS," kata Dewi.

"Sekarang acuan datanya dari Bappeda, Bappenas. Jadi banyak banget acuannya. Rancu gitu. Jadi semuanya diambil, disaring. Jadi enggak tahu patokan aslinya yang bener yang mana. Menurut saya efektif tuh datanya diambil dari DTKS aja gitu. Iya sih tadi (Heru Budi) nyampein kalau ini jangan takut lah. Ini cuma kesalahan sistem," jelas Dewi.

Sebagai pengurus KJMU di UNJ, Dewi mengaku akan menyampaikan informasi dari Heru Budi tersebut ke teman-temannya.

"Jangan takut kalau KJMU terputus. Karena penerima lanjutan bakal lanjut terus. Terus juga yang desil-desil bakalan dikroscek kok. Bakalan dibenerin. Yang dicabut tuh bakalan yang bener-bener desil-nya udah sesuai dengan kenyataan," tegas Dewi.

Dewi mengaku sempat ke tempat pengurusan KJMU Dinas Pendidikan DKI Jakarta.

"Karena saya kemarin ke P4OP banyak banget yang desilnya enggak sesuai kenyataan. Terus orangtua pada nangis-nangis. Saya ke sana sendiri enggak ada orang tua, ngeluh sendiri, nangis-nangis. Sekarang sudah semua proses Densil nya. Sekarang lagi tahap pendaftaran, input-input," ungkap Dewi.

Dewi menjelaskan nantinya KJMU baru akan cair setelah Gubernur DKI Jakarta dalam Pilgub 2024 terpilih.

"Cairnya tuh nanti, setelah udah penetapan Gubernur. Baru tuh cair. Terus nanti UKT bakal dibayarkan setelah cair. Di UNJ sendiri kalau penerima KJMU bayar UKT, bayar uang semesteran selalu di akhir. Karena timeline pembayaran UKT dan semester itu beda sama cairnya KJMU. Jadi penerima KJMU, UKT dibayar belakangan kalau sudah cair. Saya semester satu belum terima. Saya tadinya mau daftar beasiswa lain, kayak KIP. Tapi tidak keburu. Baru semester 2 baru daftar KJMU," pungkasnya.

Sementara itu, Nur Faisal Ansor, mahasiswa semester 8 UIN Purwokerto mengaku senang setelah mendapatkan penjelasan langsung dari Heru Budi Hartono.

"Iya lebih enak seperti ini sih menurut saya. karena kan sebagai netizen kita juga harus tahu kan apa sih di dalamnya. Ini juga penting menurut saya ini termasuk upaya dari bapak Heru untuk memberitahu masyarakat kalau ini ada perbaikan terlebih dahulu. Intinya sabar aja. Pasti dapet (KJMU)," kata Nur Faisal.

Sebagaimana diketahui sebelumnya, postingan curhat sejumlah mahasiswa penerima KJMU yang mengeluhkan pencabutan Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul (KJMU) secara sepihak oleh Pemprov DKI Jakarta menjadi perhatian di media sosial.

Salah satunya yakni postingan di media sosial X @unjsecret, pada Selasa (5/3/2024). Dalam cuitan tersebut, terlihat beberapa netizen mengaku KJMU milik mereka dicabut secara tiba-tiba dan menjadi viral di media sosial.

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement