Menurut Prof. Amiliana, hanya sekitar 1-3% kasus yang akan menjadi DRA. Penyakit ini bisa dicegah, namun apabila pada pasien DRA tidak dilakukan pengobatan atau pencegahan sekunder yang adekuat, secara perlahan PJR bisa terjadi. Untuk mencegah PJR, perlu dilakukan skrining terhadap kasus yang belum bergejala.
“Pada akhirnya, diperlukan suatu strategi yang melibatkan komponen masyarakat dan komunitas kesehatan, teknologi dan ilmu kedokteran, serta pemerintah untuk menjawab tantangan masalah penyakit katup di Indonesia. Khusus untuk penanggulangan PJR, masyarakat dan komunitas kesehatan perlu melakukan tindakan promotif, preventif, edukasi, dan deteksi dini,” kata Amilia.
Teknologi dan ilmu kedokteran diperlukan untuk mengembangkan peran genetik dalam timbulnya DRA dan PJR, pengembangan vaksin, tes serologi cepat, dan jenis antibiotik profilaksis.
Selain itu, teknologi kedokteran dibutuhkan dalam pengembangan tata laksana medis dan intervensi, misalnya pada pembuatan katup buatan yang terjangkau. Pemerintah juga berperan membuat kebijakan program pengendalian PJR untuk memastikan ketersediaan regimen antibiotik pada pencegahan sekunder PJR, serta kemudahan akses layanan kelainan katup secara keseluruhan.
(Feby Novalius)