JAKARTA – Contoh soal Bahasa Indonesia tentang isi cerita penting untuk disimak khususnya kamu yang akan menghadapi ujian. Belajar untuk mengetahui isi cerita tentunya hal yang menyenangkan, namun kalian juga harus lebih teliti lagi untuk menjawabnya.
Tim Okezone sudah merangkum 10 contoh soal yang bisa kalian pelajari untuk belajar tentang isi cerita. Berikut adalah soalnya yang dirangkum dari laman resmi Puspendik, Rabu (6/12/2023).
BACA JUGA:
Perhatikan cerita di bawah ini.
Banun tahu, dengan hampir seratus ketiding panen padi setiap musim, kehidupan dia dan tiga orang anaknya menjadi terbantu, terhidupi. Ketiga anak Banun lelaki, sudah beristri semua, bahkan sudah mendatangkan enam orang cucu. Banun tahu persis, tanpa penghasilan dari Sawah Subarang, tidak mungkin dia memberi makan anak-anaknya.
Kini, Marajo tidak tega lagi membiarkan kakaknya, sepuluh tahun lebih tua, masih ke sawah. Marajo sering mendampingi, biar pun dia bukan tidak punya pekerjaan rutin. Pekerjaan Marajo adalah juga bertani, ke sawah dan ke ladang. Pori-pori yang membersitkan peluh di sekujur tubuh Marajo beraroma tanah dan jerami.
1. Isi yang tersirat pada kutipan cerita tersebut adalah …
a. Tokoh Banun bekerja sebagai buruh.
b. Banun memiliki tiga orang anak.
c. Anak Banun sekolah di dekat persawahan.
d. Tokoh Banun bekerja sebagai petani.
Jawaban: d. Tokoh Banun bekerja sebagai petani
2. Isi yang tersirat pada kutipan cerita tersebut adalah …
a. Marajo merupakan adik dari Banun.
b. Banun memiliki Kakak Bernama Marajo.
c. Banun mempunyai anak sebanyak 6.
d. Marajo memiliki Kakak Bernama Banun.
Jawaban: d. Marajo memiliki Kakak Bernama Banun.
3. Cerita diatas merupakan sudut pandang orang yang ke:
a. pertama
b. kedua
c. ketiga
d. campuran
Bacalah kutipan cerita pendek berikut!
Sepasang Mata Malaikat
LELAKI itu berdiri di dekat jendela. Temaram lampu kamar, membingkai bayangannya seperti setengah memanjang. Sesaat, aku hanya menangkap nuansa kesedihan di wajahnya. Wajah yang menyiratkan selaksa kepucatan yang membentang seperti iring-iringan awan melingkupi langit. Dia lebih banyak diam, mendengarkan dengan syahdu suara seseorang di seberang. Aku tahu, dia sedang mengangkat telepon istrinya. Tetapi, aku tak mendengar dengan jelas: suaranya pelan setengah berbisik, seperti dengung serangga. Sesekali, ia mengangguk-angguk.
BACA JUGA:
Aku masih meringkuk dibalut selimut. Tapi tiba-tiba, kulihat segumpal warna serupa sisa badai yang menggumpal di sudut matanya. Mata yang membuatku bergidik menatapnya lebih lama. Tak sampai semenit, dia mematikan handphone, kemudian berjalan ke arahku.
”Aku harus pulang,” suaranya datar tidak terlalu mengejutkanku. Seperti hari-hari yang lain, dia tidak selalu mengungkapkan satu alasan pun sebelum pergi dari rumahku.
”Apakah istrimu tahu kalau malam ini kau di rumahku?”
Dia menggeleng. Sorot matanya kelabu dan ganjil serasa meninggalkan bekas luka pedih bagai timbunan kardus kumal yang teronggok di tempat sampah. Lama, kami bersitatap pandang. Matanya mendidih, serupa air yang dijerang di atas tungku. Aku ingin bertanya…, tetapi genangan hitam di sudut matanya itu membuatku beringsut. Dan, malam itu, dia benar-benar seperti orang asing yang baru kukenal.
Dia buru-buru berpakaian. Aku hanya menatapnya dengan diam, bahkan ketika ia pergi dengan tergesa dan meninggalkanku yang masih meringkuk setengah telanjang dalam balutan selimut.
*
Ia tidak tahu, betapa aku bergidik takut tatkala istriku meneleponku. Meski itu bukan kali pertama istriku tiba-tiba meneleponku saat aku tidur di rumahnya, tetapi malam itu aku serasa digulung ombak berlipat-lipat: hanyut dalam gelombang yang hampir menenggelamkanku. Setelah aku mengangkat telepon, istriku langsung menangis tersedu. Tangisnya pecah, memekakkan telingaku. Kutunggu lama, hingga tangisnya reda. Hening sejenak, sebelum kemudian istriku memintaku pulang. Anakku sakit.
Kabar itu, sebenarnya bukan sesuatu yang mengejutkan. Tapi, aku merasakan tiba-tiba menggigil. Tangis istriku bagai gerimis yang turun seketika meninggalkan kepekatan yang membentang di cakrawala serupa kerlip lampu di sepanjang jalan yang mati tiba-tiba dan membuat seluruh kota tergeragap. Seberkas cahaya memudar, berganti gelap. Kesunyian meruncing. Dalam perjalanan pulang, hawa dingin terus menjalar ke seluruh tubuhku. Setibaku di rumah, aku membuka pintu rumah dengan gugup, seraya mencium aroma parfum yang masih tertinggal di tubuhku—sekadar menepis kecurigaan istriku sebelum aku menerabas masuk ke kamar. Tatapan istriku tak menaruh curiga, ketika aku berdiri di ambang pintu kecuali ia terlihat gugup. ”Sejak satu jam yang lalu, panasnya tak kunjung turun,” tukas istriku.
”Kenapa kau tak langsung membawanya ke dokter…” ujarku tak sedikit pun merasa bersalah. Kupegang kepala anakku. Panasnya cukup tinggi. tetapi, istriku tak segera menjawab. Lama, ia menatapku dengan heran. ”Tapi, anak ini butuh ayahnya. Ia tidak hanya membutuhkanku di saat sakit seperti ini. Sayangnya, ayahnya seperti tidak pernah tahu.”
”Jika kau tahu aku sibuk, kau seharusnya tak perlu menungguku sampai pulang untuk sekadar membawanya ke dokter,” tukasku, sambil membopong buah hatiku, bocah mungil yang baru menginjak 1 tahun itu. ”Ayo kita berangkat, sebelum semuanya terlambat dan tambah parah!”
Dalam dekapanku, anakku menggeliat. Kemudian, ia membuka mata. Mata itu, entah kenapa, tidak lagi dingin meneduhkan, melainkan berubah seperti nyala api unggun mata seorang hakim yang mendakwaku dengan tuduhan berat….
4. Analisislah Majas Hiperbola dalam kutipan cerita pendek diatas dengan bukti tekstualnya.
Jawaban:
a. Tangisnya pecah, memekakkan telingaku.
b. Dalam perjalanan pulang, hawa dingin terus menjalar ke seluruh tubuhku
BACA JUGA:
5. Analisislah Majas Metafora dalam kutipan cerita pendek diatas dengan buktii tekstualnya.
Jawaban:
a. Jika kau tahu aku sibuk, kau seharusnya tak perlu menungguku sampai pulang untuk sekadar membawanya ke dokter,” tukasku, sambil membopong buah hatiku,
b. Sorot matanya kelabu dan ganjil serasa meninggalkan bekas luka pedih bagai timbunan kardus kumal yang teronggok di tempat sampah
6. Analisislah Majas Smile dalam kutipan cerita pendek diatas dengan buksti tekstualnya.
Jawaban:
a. Temaram lampu kamar, membingkai bayangannya seperti setengah memanjang.
b. Wajah yang menyiratkan selaksa kepucatan yang membentang seperti iring-iringan awan melingkupi langit.
7. Cerita tersebut menggunakan sudut pandang……..
Jawaban: orang ketiga
Perhatikan Penggalan cerita diibawah ini.
“Hai Gemblong!” sapa teman-teman Daryati dengan nada penuh candaan. Memang, ia sering mendapatkan sapaan seperti itu di kelasnya, bahkan juga dari teman kelas lain. Tubuh Daryati tidak gemuk. Sapaan itu diberikan karena ibunya memang seorang bakul gemblong, makanan dari ketela pohon yang dikukus lalu ditumbuk halus. Namun, memang untaian candaan itu membuat Daryati sebenarnya tidak nyaman. Di sisi lain, ia merasa dapat tempat untuk berlatih kesabaran.
8. Sudut pandang yang digunakan dalam kutipan cerpen di atas adalah ...
Jawaban: orang pertama.