JAKARTA – Transformasi pendidikan berdampak luas dalam mengubah arah pendidikan Indonesia. Dampak ini tak hanya dirasakan oleh tenaga pendidik dan sekolah, tapi juga siswa. UNESCO mendorong hal itu.
Reformasi yang telah digagas selama 20 tahun melahirkan perubahan haluan pendidikan Indonesia yang semula berfokus pada perluasan akses menjadi peningkatan kualitas, mengubah paradigma pendidikan yang awalnya berpusat pada guru menjadi berpusat pada peserta didik, dari pasif menjadi proaktif, dan dari pengambilan keputusan berbasis kepatuhan menjadi berbasis pemberdayaan. Ketua Eksekutif Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO Itje Chodidjah menyampaikan bahwa ini bukanlah langkah yang mudah karena transformasi adalah langkah yang panjang.
BACA JUGA:
"It's just a life journey. Dilakukan sepanjang hayat," ungkap Itje saat membahas transformasi pendidikan pada acara "Merajut Transformasi Pembelajaran untuk Anak-anak Indonesia: Mendiskusikan Dampak Reformasi Pendidikan Indonesia dan Merayakan Kemitraan INOVASI dari 2016-2023" di Jakarta, Rabu (29/11/2023).
Itje juga menambahkan bahwa dalam menjawab Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDG), Indonesia melakukan transformasi pendidikan yang jauh lebih terstruktur dan holistik melalui kemasan Merdeka Belajar. "Salah satu reformasi pendidikan indonesia yg paling menukik pada SDG adalah Merdeka Belajar," kata Itje.
BACA JUGA:
Transformasi ini dikemas dalam bentuk episode yang memudahkan pemangku kepentingan untuk ikut berpartisipasi dan mudah melakukan pengawasan.
Menanggapi pendapat Itje Chodidjah, Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek Anindito Aditomo menjelaskan bahwa transformasi pendidikan saat ini sudah memasuki babak kedua, dimana dampaknya lebih menyeluruh.
"Sistem pendidikan yang semula sentralistik, diubah menjadi desentralisasi. Ini merupakan perubahan revolusioner," jelas Anindito.
Hasilnya sangat menakjubkan. Indonesia berhasil memperluas akses pendidikan meningkat secara signifikan.
"Untuk (tingkat) Sekolah Dasar praktis 100%, SMP 95-96%, untuk SMA masih banyak PR sekitar 75%," tutur Anindito