3. Pendampingan UMKM
Rifelly Dewi Astuti merupakan nama selanjutnya yang masuk ke dalam daftar panjang pahlawan pengabdian masyarakat. Langkah kakinya telah berhasil membawa Rifelly menapaki tepian wilayah Atambua, Kabupaten Belu, NTT. Di sana, dia mendampingi sejumlah UMKM memberikan edukasi manajerial usaha serta promosi produk mereka hingga menjadi layak jual. Bahkan, Rifelly turut mengawal proses perolehan label halal.
“Beliau juga mengajarkan bagaimana pengemasan yang baik agar produk itu layak berada di etalase toko oleh-oleh yang biasa didatangi wisatawan. Hal yang luar biasa dari Ibu Rifelly ini, beliau bisa menggandeng pihak industri, sehingga mau bekerja sama di tempat-tempat yang sangat terpencil. Mereka bisa menghadirkan produk tersebut dan membuat sekelompok kader PKK yang nantinya bisa menjadi change agent bagi lingkungannya,” tutur Prof. Agung.
4. Sekolah Cepat Tanggap
Berbicara sosok pahlawan pengabdian masyarakat yang selanjutnya, Prof. Agung mengajak untuk mengingat kembali peristiwa gempa Cianjur pada November 2022 lalu. Gempa ini telah mengakibatkan kerusakan yang terjadi pada 540 fasilitas pendidikan atau sekolah, 272 tempat ibadah, 18 fasilitas kesehatan (faskes), dan 18 gedung atau kantor.
Melihat hal itu, seorang Prof. Yandi Andri Yatmo nyatanya tak tinggal diam begitu saja. Dia bergerak cepat merancang sekolah tanggap bencana lengkap dengan furnitur dan mural indah hasil kerja bakti sivitas akademika UI. Prof. Yandi percaya bahwa gempa memang mampu meruntuhkan tempat tinggal dan sekolah anak-anak di sana, tetapi tidak dengan masa depan mereka.
Prof. Yandi Andri Yatmo dan tim pengabdian masyarakat UI berfoto bersama anak-anak di sekolah cepat tanggap. (Foto: dok UI)
“Beliau menggalang dana untuk menciptakan ruang serbaguna di tengah reruntuhan itu yang bisa digunakan sebagai sekolah. Bahkan beliau berhasil mengumpulkan uang ratusan juta dalam sepekan dari penggalangan dana itu. Prof Yandi termasuk salah satu pahlawan pengabdian masyarakat UI karena telah berhasil memunculkan kembali tawa dan keceriaan anak-anak di Cianjur yang dulu sempat hilang,” ujar Prof. Agung.
Prof. Agung mengatakan, beberapa kisah di atas hanyalah sebagian kecil dari cerita perjuangan para pahlawan pengabdian masyarakat yang ada di UI. Keterbatasan dana hingga perbedaan latar belakang disiplin ilmu tak menyurutkan niat dan langkah mereka untuk terus mengabdikan diri demi mewujudkan masyarakat yang berdaya.