Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ternyata Buku Fiksi Lebih Rentan Dibajak, Ini Alasannya

Nurul Amanah , Jurnalis-Kamis, 26 Oktober 2023 |14:45 WIB
Ternyata Buku Fiksi Lebih Rentan Dibajak, Ini Alasannya
Buku fiksi ternyata lebih rentan dibajak (Foto: Freepik)
A
A
A

JAKARTA - Kamu lebih suka baca buku apa? Fiksi atau non-fiksi? Tahukah kamu, buku fiksi ternyata lebih rentan dibajak, lho. Kenapa?

Penulis sekaligus penyanyi Dewi 'Dee' Lestari menyoroti maraknya pembajakan buku di Indonesia. Dee Lestari pun merasakan betul bahwa karya-karyanya semakin mudah didapatkan dalam bentuk buku bajakan, baik secara fisik maupun berbentuk digital.

Penulis pun seringkali merasa kewalahan dengan kecerdikan para pembajak seiring dengan perkembangan teknologi. Sebagai penulis buku fiksi, Dee Lestari menilai bahwa buku fiksi menjadi salah satu jenis buku yang rentan terkena pembajakan.

 BACA JUGA:

"Yang mengalami pembajakan itu semua jenis buku. Hanya saja, kebetulan saya menulis fiksi, fiksi ini ada di bawah naungan atap sastra dan fiksi adalah salah satu genre buku yang paling banyak dibajak,"ujar Dee Lestari di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (26/10/2023).

Dia mengungkap bahwa buku fiksi cukup banyak dibajak lantaran sebagai salah satu sumber bacaan sebagai hiburan yang digandrungi masyarakat. Terlebih buku fiksi saat ini begitu mudah dijumpai dalam bentuk dokumen digital yang tersebar di internet. Belum lagi buku-buku fiksi bajakan yang dijual bebas di toko buku maupun marketplace.

"Rata-rata fiksi ya, karena fiksi diminati, sebagai hiburan kan jadi rentan pembajakan. Yang lebih sulit lagi sebenarnya pembajakan digital dalam bentuk pdf, dokumen," katanya.

 BACA JUGA:

Dee Lestari pun menyayangkan fenomena ini. Pasalnya, Dee menilai bahwa buku, khususnya fiksi menjadi pangkal dari turunan karya lainnya seperti film yang diadaptasi dari novel. Dee sendiri pun menjadi salah satu penulis yang karyanya diangkat ke layar lebar seperti Perahu Kertas dan Rectoverso.

"Jadi penulis itu kami berada di hulu sebenarnya, jadi dalam industri kreatif kami berada di hulu. Jadi kami lah yang kemudian bikin buku, kemudian turun menjadi film, turun menjadi banyak IP (Intellectual Property) itu kan biasanya bermulanya dari para penulis. Baru kemudian turun menjadi berbagai macam percabangan industri,"jelasnya.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement