Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Mahasiswa KKN Selama 15 Tahun, Ini Cerita Kasim yang Sangat Inspiratif

Lutfia Dwi Kurniasih , Jurnalis-Senin, 04 Oktober 2021 |08:18 WIB
Mahasiswa KKN Selama 15 Tahun, Ini Cerita Kasim yang Sangat Inspiratif
Mahasiswa KKN selama 15 tahun, M Kasim Arifin. (Foto: Tangkapan layar Youtube akun Himpunan Alumni IPB)
A
A
A

JAKARTA — Mahasiswa KKN selama 15 tahun itu bernama Mohamad Kasim Arifin. Dia merupakan mahasiwa di Institut Pertanian Bogor (IPB).

Mahasiswa ini menghabiskan separuh umurnya dihabiskan untuk mengabdi. Kisah mahasiswa itu kemudian viral di media sosial.

Lahir di Langsa, Aceh Timur 18 April 1938, mahasiswa Fakultas Pertanian IPB itu telah mengabdi selama 15 tahun di Waimital, Pulau Seram.

Dilansir dari laman ristekdikti, diketahui pada tahun 1964 Kasim dikirim oleh fakultasnya untuk menjalani program “Pengerahan Tenaga Mahasiswa” (Kuliah Kerja Nyata) selama beberapa bulan di Waimital, dengan tugas memperkenalkan program Panca Usaha Tani.

Baca juga: Pandemi Covid-19, Ribuan Mahasiswa UIN Bandung Gelar KKN secara Virtual


Baca juga: Manfaat KKN, Mahasiswa Dikenalkan Berbagai Persoalan di Masyarakat

Untuk menjalankan program tersebut, beliau mulai mendatangi Waimital dan berbaur dengan warga setempat. Namun hal ini justru membuatnya begitu terlibat dengan pengabdiannya.

Beliau sangat totalitas dalam mengajar para petani setempat bagaimana meningkatkan hasil tanaman dan ternak mereka. Hingga akhirnya beliau lupa untuk kembali pulang dan menyelesaikan skripsinya.

Kasim telah banyak menolong masyarakat desa untuk menjadi mandiri. Bersama warga setempat beliau membuka jalan desa, membangun sawah-sawah baru, hingga membuat irigasi. Semua itu dilakukannya tanpa bantuan satu peser pun dari pemerintah.

Masyarakat setempat sangat menghargai kesederhanaan, kedermawanan dan tutur kata yang lembut dari seorang Kasim. Oleh karena itu masyarakat setempat, menyebutnya sebagai Antua, sebuah sebutan bagi orang yang dihormati di Maluku.

Dahulu orangtuanya sempat meminta agar Kasim segera pulang namun permintaan itu tidak dihiraukannya. Demikian pula panggilan sekolahnya, bahkan rektor IPB sekalipun, Prof. Dr. Ir. Andi Hakim Nasution, tidak diindahkannya.

Kemudian pada panggilan ketiga sekolahnya yang disertai oleh utusan khusus Rektor IPB, yaitu sahabatnya sendiri, Saleh Widodo, akhirnya berhasil menggerakkan Kasim untuk pulang dan menerima gelar insinyur pertanian istimewa.

Gelar tersebut diberikan bukan karena beliau berhasil mempertahankan skripsinya dalam sebuah ujian, melainkan karena beliau telah menunjukkan baktinya selama 15 tahun tanpa pamrih dan gaji untuk mengabdi.

Taufiq Ismail, penyair Indonesia terkemuka yang juga teman kuliah Kasim, menghadiahinya dengan sebuah puisi yang berjudul:

“Syair untuk Seorang Petani dari Waimital, Pulau Seram, yang pada hari ini pulang ke Almamaternya“.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement