Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Dampak Belajar Online Selama Covid-19 Siswa Stres hingga Dugaan Bunuh Diri

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Jum'at, 19 Februari 2021 |13:37 WIB
Dampak Belajar Online Selama Covid-19 Siswa Stres hingga Dugaan Bunuh Diri
Siswa di Mojokerto belajar online. (Foto:Sholahudin)
A
A
A

"Mungkin karena kurang bersosialisasi, terkurung di rumah, kadang-kadang dia jadi temperamen karena ada tekanan belajar. Emosi naik turun, nggak seperti pas dia aktif di sekolah," kata Desy.

Sementara, di Kabupaten Sinjai, Kamal, ayah seorang anak laki-laki berusia 13 tahun mengatakan anaknya sering mengeluh dan bertanya kapan sekolah akan dibuka.

"Pernah dia menyampaikan ke kami selaku orang tua, kapan sih sekolahnya itu dibuka karena [dia bilang] kalau pembelajaran internet seperti ini susah, apalagi jaringan susah," ujar Kamal pada wartawan Darul Amri yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Pasalnya untuk belajar, puteranya itu harus mendaki ke puncak sekitar 200 meter dari rumah untuk mencari jaringan internet yang bagus.

Kamal mengaku prihatin dengan kondisi ini karena ia melihat semangat belajar anaknya yang menurun.

"Kondisi sekarang memang agak memprihatinkan, mempengaruhi mental anak," tambah Kemal.

Kasus Kematian Anak Selama PJJ

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat sejumlah kasus kematian yang diduga terkait dengan depresi anak selama pembelajaran jarak jauh.

Pada November tahun 2020, KPAI mencatat ada seorang siswa kelas 12 di sebuah sekolah di Kabupaten Tangerang, yang dirawat di salah satu rumah sakit, lalu dirujuk ke RSJ Grogol, Jakarta Barat, karena diduga mengalami depresi.

Menurut pernyataan KPAI, keluarga menduga anak itu depresi karena banyaknya tugas belajar daring selama pandemi Covid-19.

KPAI juga mencatat seorang siswi di Gowa, Sulawesi Selatan, dan seorang siswa MTs di Tarakan, Kalimantan Utara, yang bunuh diri karena diduga depresi selama pembelajaran jarak jauh.

Terkait kasus siswa Mts Alkhairaat Tarakan yang bunuh diri pada bulan Oktober 2020, polisi mengatakan siswa yang disebut pendiam itu pernah mengeluh karena banyak tugas dari sekolah, sebagaimana diberitakan kantor berita Antara.

Namun, kemudian pihak sekolah membantah tugas menjadi alasan anak itu bunuh diri.

Kepala Mts Alkhairaat Tarakan, Mahmud Shaleh, mengatakan siswa itu bunuh diri karena "alasan keluarga", yakni ia sempat dimarahi ibunya karena terlalu sering bermain gim daring dan menonton animasi selama pembelajaran jarak jauh.

Baca Juga: Listrik di Jakarta Padam, Netizen: Buyar Sekolah Online Hari Ini

Ibunya pun sempat mengancam akan meninggalkannya, kata Mahmud.

"Kalau sekolah fleksibel. Kalau tugas-tugas bebas saja [kapan dikumpulkan] selama pandemi," kata Mahmud.

Terkait kasus di Gowa, meski sebelumnya polisi menduga motif bunuh diri adalah terkait dengan pembelajaran daring, dinas pendidikan setempat kemudian membantah dan menduga adanya motif percintaan, seperti diberitakan sebuah portal nasional.

Meski dibantah, komisioner KPAI bidang pendidikan, Retno Listyarti, mengatakan bahwa faktor bunuh diri seorang anak "tidak pernah tunggal".

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement