Sedangkan fase air diawali dengan menuangkan aquadest sebanyak 250 ml ke dalam beakerglass, kemudian menambahkan triethanolamine sebanyak 3,75 ml kemudian campuran bahan dipanaskan dengan water bath pada suhu 600C -700C.
Secara perlahan fase air dicampurkan kedalam fase minyak, tambahkan nipasol dan nipagin lalu diaduk hingga homogen. Basic cream tersebut kemudian dicampurkan dengan ekstrak daun salam.
“Dari hasil ujicoba di laboratorium diketahui hasil paling efektif untuk mengobati luka bakar adalah pada cream dengan konsentrasi ekstrak daun salam tertinggi yaitu 15%,” terangnya.
Baca Juga: Pembelajaran Online Direkomendasikan Tetap Dilaksanakan hingga Akhir 2020
Ariftania Madrin menambahkan, krim daun salam ini digunakan untuk penyembuhan anti-inflamasi berupa luka bakar ringan seperti luka bakar derajat I dan II. Luka bakar derajat I yaitu kerusakan jaringan terbatas pada lapisan epidermis (superfisial).
Ciri luka bakar ini yaitu adanya sedikit edema, kulit mengalami hiperemik berupa eritema, tanpa ditemukan adanya bula, dan efek rasa nyeri akibat iritasi ujung saraf sensoris. Pada hari keempat setelah paparan biasanya terjadi pengelupasan kulit.
“Sedangkan luka bakar derajat II adalah kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagian lapisan dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai pula pembentukan luka, dan nyeri karena pada ujung saraf sensorik mengalami iritasi. Dasar luka berwarna kemerah hingga pucat,” jelasnnya. (Priyo Setywan)
(Rani Hardjanti)