Kedua, warga Australia memiliki kesadaran akan kesehatan dan disiplin yang tinggi sehingga bersedia menjalankan anjuran pemerintah. Ketiga, Australia diuntungkan dengan kondisi demografinya, dimana jumlah penduduknya sedikit jika dibandingkan luas wilayah negara sehingga social distancing secara alami sudah terbentuk. “Ketiga, Australia sudah sejak lama menerapkan protokol Biohazard yang sangat ketat, jangan harap pendatang dari luar negeri semisal wisatawan diperbolehkan membawa bahan makanan mentah seperti sambal atau bumbu pecel,” kata Syahri Sakidin sambil tertawa.
Pemaparan tiga pemateri yang berada di tiga benua terkait penanganan Covid-19 menjadi masukan berharga bagi Indonesia. Seperti yang disampaikan oleh dr. Cholis Abrori, M.Kes., MPd.Ked, yang merupakan Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Universitas Jember. Menurutnya banyak hal yang bisa diterapkan di Indonesia.
“Semisal perlu ketegasan pemerintah kala memberlakukan lockdown atau PSBB, sebab saya melihat di banyak daerah di Jember khususnya di pedesaan dimana kerumunan masih banyak terjadi. Hal ini terjadi juga karena kesadaran warga kita masih rendah akan pencegahan Covid-19. Oleh karena itu, Universitas Jember khususnya Fakultas Kedokteran telah terjun langsung membantu pemerintah, misalnya saja saat ini ada 50 dokter muda yang bertugas di berbagai fasilitas kesehatan di Jember dan Jawa Timur. Semua dosen di Fakultas Kedokteran pun bertugas di rumah sakit di Jember,” ungkapnya.
Peran serta Universitas Jember dalam menanggulangi pandemi Covid-19 juga disampaikan oleh rektor. Menurut Iwan Taruna selain membuka Pos Covid di Fakultas Kedokteran, kini Universitas Jember tengah merancang KKN tematis pencegahan Covid-19 bagi mahasiswa. “Universitas Jember juga menyediakan dana penelitian bagi dosen dan mahasiswa yang melakukan penelitian terkait Covid-19, termasuk tengah mengajukan perijinan agar laboratorium biologi molekluler di Kampus Tegalboto bisa melakukan penelitian mengenai Covid-19 semisal pembuatan vaksinnya,” timpal Iwan Taruna. Kegiatan webinar diikuti oleh 147 peserta yang tersebar di berbagai daerah dan negara dengan dimoderatori oleh Pung Purwanto, jurnalis yang juga alumnus FISIP Universitas Jember. (fmh)
(Salman Mardira)