JAKARTA - Komika sekaligus pembawa acara, Soleh Solihun, turut hadir dalam program Rakyat Bersuara dalam rangkaian iNews Campus Connect yang digelar di Universitas Tarumanagara. Ia memberi respons positif terhadap inisiatif membawa dialog kebijakan langsung ke lingkungan kampus agar mahasiswa bisa menyampaikan aspirasi secara terbuka.
Soleh menilai kehadiran mahasiswa dalam forum seperti ini sangat penting, karena kampus merupakan ruang lahirnya pemikiran kritis. Terlebih, dalam kesempatan tersebut hadir Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Prof. Stella Christie, yang dinilai mampu menjawab langsung keresahan mahasiswa.
“Di kampus tuh banyak mahasiswa yang punya pikiran-pikiran kritis dan ingin bertanya langsung kepada pembuat kebijakan. Dan di sini konteksnya ada Ibu Wamen. Jadi bagus acara ini, membawa aspirasi-aspirasi ke para akademisi,” ujar Soleh saat ditemui iNews Media Group seusai acara pada Kamis (27/11/2025).
Menurut Soleh, program seperti Rakyat Bersuara membuka ruang dialog yang jarang terjadi di ruang publik, terutama antara mahasiswa dan pejabat negara. Ia berharap kegiatan semacam ini dapat terus digelar di berbagai kampus di Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut, Soleh juga menyampaikan pesan khusus untuk para mahasiswa, terutama terkait pentingnya literasi digital di tengah banjir informasi dan maraknya penyebaran hoaks.
Soleh menilai kemampuan memilih dan memverifikasi informasi adalah keterampilan dasar yang harus dimiliki generasi muda agar tidak mudah tersesat oleh berita palsu dan opini tanpa dasar.
“Harapannya buat generasi muda ya, berpikir kritis. Jangan mau dikasih informasi oleh orang yang tidak jelas siapa narasumbernya. Minimal kalau membaca sesuatu di internet, jangan langsung percaya,” tegas Soleh.
Sebagai informasi, Prof. Stella Christie juga hadir dalam acara tersebut. Ia memberikan dorongan kuat kepada generasi muda untuk mempersiapkan diri menghadapi era digital.
Menurutnya, kesiapan itu bukan hanya soal pemahaman teknologi, tetapi juga kemampuan berpikir kritis dan mengevaluasi informasi. Talenta digital, katanya, bukan tentang teknologi yang digunakan, melainkan kualitas manusia yang mengoperasikannya.
“Talenta digital itu bukan soal digitalnya, tapi talentanya—manusianya. Kalau manusianya tidak bisa mengevaluasi apakah informasi yang dikasih teknologi itu bagus atau palsu, ini tidak akan berhasil,” ujar Stella Christie.
Ia menambahkan mahasiswa membutuhkan dua modal penting: rasa ingin tahu dan keinginan untuk terus belajar dari berbagai pengalaman serta sumber. Dua hal inilah yang menjadi dasar membangun pola pikir kritis yang sangat dibutuhkan saat ini.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)