Cerita Shafira Khairunnisa
Lulusan S1 yang mengikuti program fast track lainnya adalah Shafira Khairunnisa Subchan. Wisudawan prodi Teknik Sipil ini berhasil lulus dengan prestasi IPK 3,88.
Shafira mengaku, ia mendaftar program fast track ketika masih duduk semester 6. Bagi Shafira, program ini ia bisa “hemat satu tahun” untuk masa kuliah S2.
Apalagi ia mendapat beasiswa selama menempuh jenjang pendidikan S2. ”Saya mendapat potongan biaya kuliah sebesar 50% dengan syarat harus menjadi asisten dosen,” katanya.
Wisudawan yang bercita-cita bekerja di bidang struktur ketekniksipilan ini memilih Magister Teknik Sipil (MTS) yang selaras dengan program sarjananya, yaitu Magister Teknik Sipil.
Program MTS dipilihnya karena selaras dengan program studi yang diikuti pada program sarjana. Selain itu, sejak awal Shafira juga sudah memiliki minat pada pendalaman pengetahuan, inovasi, dan penelitian pada bidang ketekniksipilan.
Shafira tertarik mendalami ilmu ini karena nantinya ingin dapat berkontribusi lebih signifikan dalam proyek-proyek infrastruktur yang berdampak pada masyarakat.
"Juga meningkatkan kualitas, dan efisiensi konstruksi,” terangnya.
Ketertarikannya pada ilmu ketekniksipilan inilah yang menguatkan komitmennya untuk meneruskan penelitian berjudul ”Analisis Perilaku Struktur Jembatan Pedestrian Tipe Bowstring dari Material Kayu Ulin” secara mendalam pada program magister.
Inti, lanjut Shafira penelitiannya terkait perilaku struktur jembatan kayu dengan batasan belum memperhitungkan konfigurasi sambungan kayu.
Sedangkan pada tesis, penelitian lebih dispesifikkan pada sambungan kayu ulin yang dilakukan dengan metode analitik, numerik, dan eksperimen di laboratorium.
Shafira mengatakan, kendala dan hambatan utama saat menjalani program fast track terletak pada strategi belajar, strategi mencapai target, dan pola mengatur waktu.
Menurutnya, tantangan terberat adalah saat harus mempertahankan prestasi akademik. Banyak kendala yang dialami terutama dari segi waktu.
Perjuangan yang dilakukan pun juga harus sepadan. Meskipun secara keseluruhan, baginya terasa menantang, khususnya dalam hal mengatur waktu, pola tidur, belajar, mengerjakan tugas, olahraga dan lain-lain.
Shafira hanya tidur 4 – 5 jam setiap harinya. Karena itu, tantangan terberat adalah mengatur pola hidup agar tetap sehat, cerdas, dan ceria. "Awalnya memang terasa berat, tapi lama-lama juga terbiasa,” jelasnya penuh semangat.
Fast track merupakan program percepatan pembelajaran bagi mahasiswa yang merupakan pendidikan khusus dan diselenggarakan oleh UGM berdasar Peraturan Rektor UGM Nomor 23 tahun 2024. Masing-masing jenjang program fast track mensyaratkan ketentuan yang berbeda untuk persyaratan seleksinya yang meliputi IPK, kemampuan bahasa Inggris maupun kemampuan potensi akademik.
Program fast track bisa dibuka untuk program studi magister atau magister terapan, dan program doktor atau doktor terapan.
Untuk program magister atau magister terapan, syaratnya harus sudah menempuh 6 semester atau belum yudisium pada jenjang sarjana.
Sedangkan untuk program doktor atau doktor terapan, syaratnya minimal telah menempuh 2 semester dan belum yudisium pada saat di jenjang magister.
Wisuda bukanlah akhir dari sebuah perjalanan bagi para mahasiswa program fast track, program percepatan studi bagi mahasiswa jenjang sarjana (S1) langsung ke jenjang magister (S2) dengan persyaratan spesifik yang ditentukan oleh program studi.
Dalam gelaran Wisuda Program Sarjana dan Sarjana Terapan periode IV Tahun Angkatan 2024/2025 pada 24-25 Agustus lalu, terdapat 82 wisudawan jalur fast track yang telah menyelesaikan program sarjana dan tengah melanjutkan kuliah ke jenjang pendidikan magister secara bersamaan.
(Dani Jumadil Akhir)