JAKARTA - Seorang sopir bajaj bernama Agus Firmansyah membagikan kisahnya yang rela pindah ke Jakarta demi sang anak mendapatkan bantuan pendidikan berupa Kartu Jakarta Pintar (KJP).
Agus yang sudah menjadi sopir bajaj sejak 2004 mengaku bahwa semenjak ada transportasi online, pengguna bajaj mengalami penurunan.
Bahkan dalam satu hari, dirinya hanya bisa mengantongi pendapatan kotor sebesar Rp100 ribu sampai Rp150 ribu.
"Belum setoran, belum beli gas, (jadi) paling bawa pulang sisa setoran Rp60 ribu dan gas Rp20 ribu. Jadi bawa pulang paling Rp70 ribu sampai Rp80 ribu," ujarnya kepada MNC Portal Indonesia, Rabu (24/4/2024).
Dengan pendapatan sekecil itu, Agus harus menghidupi istri dan dua orang anaknya yang berusia 17 dan 10 tahun. Dia mengeluhkan biaya seragam sekolah yang diakuinya memberatkan. Oleh karena itu, dirinya dan sang istri memutuskan untuk pindah ke Jakarta dari pandeglang, Banten.
"Seragam sekolah yang buat mahal, boro-boro dapat KJP. Saya sudah pindah saya dari tahun berapa ya pas anak saya yang SMK kelas 3 mau masuk kelas 1 pindah, saya pindah alamat, pindah KTP DKI supaya tapi ya tidak dapat juga," tuturnya.