Pola Asuh Orangtua yang Kasar Picu Anak Jadi Korban atau Pelaku Bullying

Arsitta Dwi Pramesti, Jurnalis
Jum'at 10 November 2023 13:35 WIB
Pola asuh orangtua terhadap anak bisa memicu perilaku bullying (Foto: Freepik)
Share :

JAKARTA - Bullying semakin meresahkan terutama di kalangan pelajar. Pola asuh orangtua bisa membentuk karakter dan mental anak, salah satunya menjadi korban atau pelaku bullying.

Dilansir dari data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) an Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Kamis (9/11/2023), sepanjang tahun 2022 tercatat terjadi 226 kasus bullying. Ini membuktikkan bahwa fenomena ini masih marak terjadi.

 BACA JUGA:

Psikolog Klinis Anak Samanta Elsener, anak yang memiliki kemampuan regulasi diri sendiri dan soft skill yang terasah cenderung tidak mudah menjadi korban bullying. Hal itu sangat dipengaruhi oleh pola asuh.

“Balik lagi ke soft skillnya. Kalau soft skill mereka sudah terstimulasi dengan baik, mau mereka dibully nggak akan merasa terintimidasi,” jelas Samanta kepada Okezone.com di acara CURIOOkids, Jumat (10/11/2023).

 BACA JUGA:

Maka, kata dia, peran orangtua untuk menstimulasi soft skill anak sejak bayi agar nantinya anak memiliki karakter yang kuat. Anak yang lahir di keluarga yang berfungsi dengan baik, memiliki potensi yang sangat minim menjadi korban maupun pelaku bully. Jadi, preventif bullying dimulai dari rumah sendiri.

Orangtua harus memberikan contoh untuk tidak membully atau mengintimidasi anak. Salah satunya jika orangtua terlalu kasar atau main tangan.

“Jadi kalau orangtua masih nyubit, teriak teriak ke anak, atau mukulin anaknya ya di luar anaknya bisa aja jadi korban atau pelaku juga,” ungkap psikolog anak ini.

Namun, jika bully terlanjur terjadi, orangtua dapat melakukan pendekatan dengan memvalidasi perasaan anak dan memberi kekuatan pada anak. Jangan mencari kesalahan anak dan memberikan empatinya agar anak merasa dirinya dipahami sehingga lebih terbuka. Peran penting yang harus dilakukan orang tua adalah mendengarkan keluh kesah anak.

Untuk menyikapi pelaku bully anaknya, orangtua sebaiknya melakukan pendekatan verbal agar kedua belah pihak tidak merasa terintimidasi dan menemukan jalan keluar terbaik. “Jika sudah terjadi, orangtua jangan memberi kekerasan fisik sebagai pelindung anak, sebisa mungkin dibicarakan baik-baik,” pesan Samanta.

 BACA JUGA:

Menurutnya, mengajarkan anak untuk resolusi konflik lebih penting daripada menyalahkan pelaku. Karena anak yang jadi korban bully memiliki potensi belajar manajemen konflik. Samanta juga berpesan pada orang tua pelaku bully untuk melakukan introspeksi diri pada cara pengasuhannya. Karena perilaku anak cerminan didikan orang tuanya. Jika dirasa diri orang tua sudah baik, mungkin ia teledor pada tontonan anak yang mencerminkan kekerasan sehingga terinspirasi untuk membully. Dan jika orang tua merasa tidak memiliki kapasitas akan masalah ini, carilah bantuan yang tepat agar konflik teratasi dengan baik.

Itu tadi beberapa cara untuk orang tua menyikapi fenomena bully yang marak terjadi. Semoga generasi penerus Indonesia tidak lagi gugur berkat fenomena menakutkan ini.

(Marieska Harya Virdhani)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Edukasi lainnya