Namun, jika bully terlanjur terjadi, orangtua dapat melakukan pendekatan dengan memvalidasi perasaan anak dan memberi kekuatan pada anak. Jangan mencari kesalahan anak dan memberikan empatinya agar anak merasa dirinya dipahami sehingga lebih terbuka. Peran penting yang harus dilakukan orang tua adalah mendengarkan keluh kesah anak.
Untuk menyikapi pelaku bully anaknya, orangtua sebaiknya melakukan pendekatan verbal agar kedua belah pihak tidak merasa terintimidasi dan menemukan jalan keluar terbaik. “Jika sudah terjadi, orangtua jangan memberi kekerasan fisik sebagai pelindung anak, sebisa mungkin dibicarakan baik-baik,” pesan Samanta.
BACA JUGA:
Menurutnya, mengajarkan anak untuk resolusi konflik lebih penting daripada menyalahkan pelaku. Karena anak yang jadi korban bully memiliki potensi belajar manajemen konflik. Samanta juga berpesan pada orang tua pelaku bully untuk melakukan introspeksi diri pada cara pengasuhannya. Karena perilaku anak cerminan didikan orang tuanya. Jika dirasa diri orang tua sudah baik, mungkin ia teledor pada tontonan anak yang mencerminkan kekerasan sehingga terinspirasi untuk membully. Dan jika orang tua merasa tidak memiliki kapasitas akan masalah ini, carilah bantuan yang tepat agar konflik teratasi dengan baik.
Itu tadi beberapa cara untuk orang tua menyikapi fenomena bully yang marak terjadi. Semoga generasi penerus Indonesia tidak lagi gugur berkat fenomena menakutkan ini.
(Marieska Harya Virdhani)