JAKARTA - Johannes Baptista Sumarlin atau yang dikenal sebagai JB Sumarlin dikenal sebagai tokoh bangsa di bidang ekonomi. JB Sumarlin pernah menjabat sebagai ketua BPK, Menteri Keuangan, Ketua Bappenas dan Menteri Negara (Meneg) Penertiban Aparatur Negara. Bagaimana kiprahnya?
Dikutip dari media.kemenkeu.go.id, Senin (16/10/2023), JB Sumarlin dikaitkan dengan mafia Berkeley kelompok penasihat ekonomi Indonesia yang dibentuk Soeharto pada masa orde baru. Sumarlin pernah menempati berbagai pos pemerintahan penting seperti Menteri Penertiban dan Pendayagunaan Aparatur Negara (1973-1983) dan Menteri Perencanaan Pembangunan/Ketua Bappenas (1983-1988).
BACA JUGA:
Berikut riwayat pendidikan JB Sumarlin
JB Sumarlin lahir di Blitar, Jawa Timur, pada 7 Desember 1932. Ia merupakan putra dari pasangan Sapoean Pawirodikoro dan Karmilah, seorang buruh tani. Sewaktu kecil, Sumarlin bersekolah di SD Negeri I Blitar (1944). Setelah lulus, ia melanjutkan pendidikan di SMP Kediri dan Yogyakarta pada tahun 1947. Setelah lulus, Sumarlin lanjut studi ke SMA Negeri 1 Yogyakarta dan dilanjutkan ke SMA 1 Budi Utomo, Jakarta (1952).
BACA JUGA:
Usai menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), ia melanjutkan studinya ke Universitas Indonesia dengan mengambil jurusan ekonomi dan lulus tahun 1958. Setelah lulus dengan gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Indonesia, Sumarlin sempat bekerja sebagai asisten dosen selama beberapa tahun. Pada 1960, Sumarlin berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan ekonominya di Universitas California, Berkeley, Amerika Serikat.
Sumarlin berhasil menyelesaikan pendidikannya di University of California dan menyandang gelar Master of Arts (MA) di bidang ekonomi. Ketika itu, JB Sumarlin dijuluki sebagai pendobrak gigih berintegritas. Kelahirannya di tempat yang tidak biasa, yakni di sebuah sawah di mana saat itu sang ibu yakni Karmilah sedang bekerja di antara tanaman padi tiba-tiba merasakan sakit perut.
BACA JUGA:
Meski tidak mendapatkan kasih sayang yang utuh dari orangtua, Sumarlin cukup mendapatkan perhatian dari sang kakek. Seperti anak-anak pada umumnya, Sumarlin memiliki kegemaran untuk bermain bola tanpa alas kaki bersama dengan teman-temannya.
Hidup berpindah-pindah demi mengenyam pendidikan yang baik, sempat ada satu masa dimana Sumarlin harus memilih keputusan besar untuk menjadi tentara seperti dengan teman-temannya atau melanjutkan sekolah formal. Pada akhirnya, Sumarlin memilih untuk berada di sekolah formal.
(Marieska Harya Virdhani)