Sancoyo menambahkan sistem manajemen CHSE dan mitigasi kebencanaan sangat penting untuk diterapkan di desa wisata sebagai bagian dari upaya untuk menjaga keselamatan, kenyamanan di lokasi desa wisata.
Dengan implementasi sistem manajemen ini maka diharapkan pengelolaan risiko dapat dilakukan secara sistematis dan terorganisasi.
"Kegiatan tersebut diawali dengan identifikasi dan evaluasi bahaya, pengendalian bahaya serta terus melakukan perbaikan pengelolaan risiko secara berkelanjutan," ujar Sancoyo.
Dalam melaksanakan tugasnya Sancoyo dibantu oleh dosen, mahasiswa, dan alumni Universitas Indonesia serta didampingi oleh Subkoordinator Manajemen Krisis, Biro Komunikasi Kemenparekraf RI Dadam Mahdar beserta tim.
Sementara itu, Fatma Lestari mengatakan program ini bukan hanya membawa manfaat bagi insan wisata di tanah air, khususnya di Yogyakarta melainkan ada juga lainnya yakni pemateri Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) dan Bantuan Hidup Dasar (BHD) disampaikan putra daerah.
Selanjutnya adalah tim juga membawa mahasiswa jejang S1 dari Departemen K3 Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia sebagai wujud implementasi program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Pada prinsipnya mahasiswa yang terlibat tidak hanya dari jurusan K3 melainkan yang berhubungan dengan program Kedaireka Matching Fund UI-Kemenparekraf RI.
Satu contoh adalah untuk verifikasi di Sumatera Barat yang ikut dalam tim adalah mahasiswa jurusan Hukum, Fakultas Hukum (FH) Universitas Indonesia.