Tak hanya terima kasih, kata selamat juga disampaikan kepada teman-teman seperjuangan para perwakilan wisudawan yang sudah membantu mereka untuk survive selama perkuliahan.
“Tentunya kepada seluruh rekan- rekan wisudawan, saya juga sampaikan selamat berbahagia, akhirnya momen yang kita semua tunggu-tunggu sudah tiba,” ujar Steve Bezalel Iman Gustaman sebagai wakil wisudawan dari program sarjana.
Gelar Doktor Merupakan Kehormatan
“Gelar Doktor merupakan suatu kehormatan dan derajat tertinggi dalam bidang akademik, tentu kita semua memiliki tugas dan kewajiban yang lebih,” kata Rafie.
Ilmu bukan sesatu yang hanya kita dapat, tetapi ilmu juga harus disampaikan. Meneruskan kerja keras dalam mengamalkan keahlian dan ilmu.
Dengan begitu, Rafie percaya bahwa mahasiswa memiliki potensi tinggi untuk memberikan kontribusi yang signifikan untuk bangsa.
Selama kurang lebih 3,5 tahun menempuh pendidikan program doktor, Rafie mengalami banyak suka maupun duka selama berinteraksi dengan dunia kampus.
“Tak jarang kita berada di kondisi di mana penelitian yang dikerjakan terasa sangat sulit, berat, tak berujung, atau bahkan buntu di tengah jalan,” ucap Rafie.
Tetapi di balik kesulitan tersebut, pastinya ada kerja keras dan ketekunan yang dirasakan sehingga rasa semangat untuk dapat menghasilkan karya yang luar biasa muncul dan perlahan menutup kesulitan-kesulitan tersebut.
Tak hanya itu, kolaborasinya dengan para kolega juga membantu untuk membuat suatu karya yang membanggakan.
Terakhir, adapun yang membantu ia ketika di saat-saat kesulitan atau stress: “It’s not a sin to get knocked down; it’s a sin to stay down,” tutup Rafie.
Tetap Rendah Hati dan Berpikir Luas
“Hal yang berkesan bagi saya adalah selama dua tahun di S2 adalah tiada hentinya saya harus menjelaskan mengenai prodi saya yang baru ini, tidak hanya mengenai ilmunya namun skema kolaborasi sehingga dosen-dosen saya berasal dari berbagai fakultas,” ucap Lavita.
Dari prodi magister, Lavita mengetahui perjalanan inovasi serta semangat kolaborasi yang ingin diterapkan oleh kampus ITB walaupun membuat sistem baru yang mungkin sempat diragukan.
“Sekarang bukan lagi eranya kamu hanya untuk kamu, aku hanya untuk aku, tapi kita untuk kita semua.” Ia percaya bahwa dengan cara berpikir yang tidak terpecah-pecah lagi, para wisduawan dapat membuat suatu hal yang hebat dan mulia.
Lavita berharap kepada kawan-kawan wisudawannya untuk tetap rendah hati, berpikir lebih luas, mau bekerja sama tanpa pamrih sehingga semakin banyak kolaborasi yang inovatif dan multidisiplin di masa yang akan datang.
Ia pun juga berharap bahwa kampus tercintanya dapat menjadi sarana untuk para manusia terbaik dengan segala kesulitan dan tantangan pada masa ini sehingga dapat meneruskan manfaat bagi berbagai macam ilmu.
Lavita pun mengakhiri pidatonya dengan doa-doa dan ucapan selamat kepada para rekan wisudawan.
“Sekali lagi, mari kita kobarkan semangat perjuangan untuk Tuhan, Bangsa, dan Almamater,” tutup Lavita.