Menurut Joko, selain perubahan pada berat badan, dimana berat sapi yang sebelumnya hanya 0,4 kg per hari naik menjadi 0,8 kg per hari, juga berpengaruh terhadap harga jual sapi menjadi Rp 3,5 juta dalam tiga bulan.
"Keuntungan lain, mereka yang biasannya membutuhkan waktu 4 sampai 5 bulan, dengan konsentrat ini waktunya hanya 3 bulan. Artinya,dalam satu tahun, yang biasannya mereka mampu menjual 2 kali, bisa menjual 3 kali," terangnya.
Selain pemberian pakan yang terukur, inovasi pakan menggunakan konsentrat ini, ungkap Joko, konsumen pun sangat menyukai dagingnya.
"Yang jelas peternak sapi sudah tidak lagi mengandalkan rumput. Jadi, beternak sapi itu sekarang tidak perlu ada rumput," ujarnya.
Sementara itu Ketua Kelompok Ternak Ngudi Berkah Sutiyo mengatakan kekeringan yang melanda wilayah ini sempat membuat mereka takut dengan kondisi sapi miliknya.
Namun dengan adanya inovasi pakan yang dilakukan para ahli Peternakan dari UNS ini, telah terjadi peningkatan perkembangan produktivitas sapi. Terutama bobot sapi. Dan kondisi ini jelas ikut mempengaruhi pendapatan para peternak sapi.
“Jadi sekarang kami tak lagi khawatir dengan kekeringan ini. Dengan inovasi pakan ini, kami jadi paham apa yang harus kami lakukan untuk mengatasi pakan sapi. Meskipun belum lama kami mendapat pelatihan. Tapi hasilnya sudah kami rasakan," jelasnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)