Melalui ajang Koko-Cici Jakarta, kata Eric, dia juga menjadi tahu tempat-tempat bersejarah, makna-makna kebudayaan, bahasa Mandarin, hingga tokoh-tokoh Tionghoa. Menurut dia, ajang tersebut cukup efektif memperkenalkan budaya Tionghoa di tengah masyarakat, khususnya di kalangan muda.
"Tentu efektif. Di sini isinya anak-anak muda, secara tidak langsung kita turut mengajak anak muda lainnya untuk berpartisipasi," terangnya.
Mahasiswa jurusan komunikasi itu menambahkan, ajang Koko-Cici perlu dipertahankan supaya budaya Tionghoa tak asing di kalangan pemuda yang kebanyakan sudah mulai tergerus budaya kebarat-baratan.
"Misalnya enggak ada Koko-Cici, mungkin tetap ada yang melestarikan budaya Tionghoa, namun itu dilakukan oleh orang-orang yang sudah tua. Jika hal tersebut dibiarkan, sampai mereka meninggal, otomatis enggak ada penerusnya. Makanya, aku juga berharap pemuda bisa termotivasi untuk turut melestarikan budaya Tionghoa di Indonesia," pungkas cowok yang sedang menekuni bisnis event organizer itu. (ira)
(Rifa Nadia Nurfuadah)