Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Budaya Tionghoa di Era Globalisasi

Iradhatie Wurinanda , Jurnalis-Rabu, 10 Februari 2016 |06:00 WIB
Budaya Tionghoa di Era Globalisasi
Barongsai salah satu seni budaya Tionghoa (Foto: Dok. Okezone)
A
A
A

JAKARTA – Indonesia kaya akan budaya, salah satunya dari keturunan etnis Tionghoa yang tinggal di sini. Beberapa di antaranya pun sudah berakulturasi dengan budaya asli Tanah Air.

Kepala Pusat Kajian Budaya Tionghoa (PKBT) Universitas Tarumanagara (Untar) Profesor Dr Ir Dali S Naga, M.M.SI. mengungkapkan, budaya Tionghoa sudah masuk ke Indonesia sejak lama, bahkan sebelum kedatangan Belanda. Budaya tersebut terdiri dari berbagai jenis, mulai ajaran Konfusius yang menekankan budi pekerti hingga kesenian.

"Misalnya silat pada awalnya untuk melindungi diri. Dulu kelenteng-kelenteng banyak terdapat di tempat terpencil, sehingga kalau tidak bisa silat bisa dirampok. Tetapi, sekarang silat jadi olahraga dan seni," paparnya kepada Okezone, belum lama ini.

Berubahnya fungsi silat menjadi olahraga dan seni, kata Profesor Dali, merupakan suatu bentuk penyesuaian budaya terhadap zaman. Sebab jika sembarangan digunakan, cabang bela diri ini justru bisa membuat seseorang berurusan dengan pihak berwenang.

"Sekarang kalau main pukul pakai silat tentu bisa ditangkap polisi, zaman kan sudah berbeda," ujarnya.

Profesor Dali berpendapat, kesenian barongsai yang cukup terkenal juga merupakan salah satu cabang dari silat. Hal ini lantaran untuk bisa memainkan barongsai seseorang butuh kemampuan dan tenaga tersendiri.

"Selain itu, budaya Tionghoa juga identik dengan beragam makna untuk hal-hal tertentu. Misalnya, makan mi supaya panjang umur, menghindari lantai empat karena menurut bahasa itu artinya mati, dan masih banyak lagi," imbuhnya. (ira)

(Rifa Nadia Nurfuadah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita edukasi lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement